Dasar, Struktur, Fungsi dan Corak Kepemimpinan (Hierarki) dalam Gereja Katolik
1. Dasar Kepemimpinan (Hierarki) dalam Gereja
Kepemimpinan dalam Gereja pada dasarnya diserahkan kepada hierarki yang
berasal dari Kristus sendiri. Konsili mengajarkan bahwa “atas penetapan Ilahi,
para uskup menggantikan para rasul sebagai penggembala Gereja”. Konsili juga mengajarkan dan mengatakan bahwa Yesus
Kristus, Gembala kekal, telah mendirikan Gereja kudus, dengan mengutus para
rasul seperti Ia sendiri diutus oleh Bapa. Para
pengganti mereka yakni para uskup dikehendakiNya menjadi gembala dalam
GerejaNya hingga akhir zaman. Dengan demikian, dasar
dari kepemimpinan dalam Gereja adalah berasal dari kehendak Tuhan.
2.
Struktur
Kepemimpinan (Hierarki) dalam Gereja
Menurut Ajaran resmi Gereja
struktur Hierarkis termasuk hakikat kehidupan-nya juga. Perutusan ilahi, yang
dipercayakan Kristus kepada para rasul itu, akan berlangsung sampai akhir zaman
(lih. Mat 28:20). Sebab Injil, yang harus mereka wartakan, bagi Gereja
merupakan azas seluruh kehidupan untuk selamanya. Maka dari itu dalam himpunan
yang tersusun secara hirarkis yaitu para Rasul telah berusaha mengangkat para
pengganti mereka. Maka Konsili mengajarkan bahwa"atas penetapan ilahi para uskup
menggantikan para rasul sebagai gembala Gereja" Kepada mereka itu para Rasul
berpesan, agar mereka menjaga seluruh kawanan, tempat Roh Kudus mengangkat
mereka untuk menggembalakan jemaat Allah (lih. Kis 20:28).(LG 20). Pengganti
meraka yakni, para Uskup, dikehendaki-Nya menjadi gembala dalam Gereja-Nya
hingga akhir jaman (LG 18).
Maksud dari "atas penetapan ilahi para uskup
menggantikan para rasul sebagai gembala Gereja" ialah bahwa dari hidup dan kegiatan
Yesus timbulah keplompok orang yang kemudian berkembang menjadi Gereja, seperti
yang dikenal sekarang. Proses perkembangan pokok itu terjadi dalam Gereja
perdana atau Gereja para rasul, Yakni Gereja yang mengarang Kitab Suci
Perjanjian baru. Jadi, dalam kurun waktu antara kebangkitan Yesus dan
kemartiran St. Ignatius dari Antiokhia pada awal abad kedua, secara prinsip
terbentuklah hierarki Gereja sebagaimana dikenal dalam Gereja sekarang.
Struktur Hierarkis Gereja yang
sekarang terdiri dari dewan para Uskup dengan Paus sebagai kepalanya, dan para
imam serta diakon sebagai pembantu uskup
a) Para Rasul
Sejarah awal perkembangan Hierarki adalah kelompok keduabelas
rasul. Inilah kelompok yang sudah terbentuk waktu Yesus masih hidup. Seperti
Paulus juga menyebutnya kelompok itu "mereka yang telah menjadi rasul
sebelum aku" (Gal 1:17). Demikian juga Paulus pun seorang rasul,
sebagaimana dalam Kitab Suci (1Kor 9:1, 15:9, dsb). Pada akhir perkembangannya
ada struktur dari Gereja St. Ignatius dari Antiokhia, yang mengenal
"penilik" (Episkopos), "penatua" (presbyteros), dan
"pelayan" (diakonos). Struktur ini kemudian menjadi struktur
Hierarkis yang terdiri dari uskup, imam dan diakon.
b)
Dewan
Para Uskup dengan Paus sebagai Kepalanya
Para uskup adalah pengganti para rasul. Tugas dari dewan para uskup adalah
menggantikan dewan para rasul dan yang memimpin Gereja adalan dewan para uskup.
Ketika Kristus mengangkat dua belas rasul, Ia membentuk mereka menjadi semacam
dewan atau badan yang tetap. Sebagai ketua dewan, diangkatNya Petrus yang
dipilih dari antara mereka.
Sama seperti Santo Petrus dan para rasul lainnya yang atas penetapan Tuhan
merupakan satu dewan para rasul, demikian pula Paus, pengganti Petrus, bersama
para uskup, pengganti rasul, merupakan suatu himpunan yang serupa.
c)
Paus
Konsili Vatikan II menegaskan: “Adapun dewan atau badan para uskup hanyalah
berwibawa, bila bersatu dengan imam agung di Roma, pengganti Petrus, sebagai
kepalanya dan selama kekuasaan primatnya terhadap semua baik para gembala
maupun kaum beriman, tetap berlaku seutuhnya.” Sebab Imam Agung di Roma
berdasarkan tugasnya, yakni sebagai wakil Kristus dan gembala Gereja semesta,
mempunyai kuasa penuh, tertinggi dan universal terhadap Gereja dan kuasa itu
selalu dapat dijalankan dengan bebas.
Kristus mengangkat Santo Petrus menjadi pemimpin para rasul.Paus, pengganti
Petrus, adalah pemimpin para uskup.
d)
Uskup
Konsili Vatikan II merumuskan dengan jelas: “Masing-masing uskup menjadi
asas dan dasar kelihatan bagi kesatuan dalam Gerejanya”.
Tugas pokok uskup adalah mempersatukan dan mempertemukan umat. Tugas pemersatu
itu dibagi menjadi tiga khusus yakni: tugas pewartaan, perayaan dan pelayanan.
Tugas utama para uskup adalah pewartaan Injil. Uskupyaitu
memimpin umat dalam kalangan pastoral keuskupan.
e)
Pembantu
Uskup: Imam dan Diakon
· Para Imam adalah wakil uskup
disetiap jemaat setempat.Tugas konkret para imam adalah pewartaan, perayaan dan
pelayanan umat. Para imam ditahbiskan untuk mewartakan Injil dan menggembalakan
umat beriman. Imam merupakan “penolong dan organ para uskup” (Lumen
Gentium 28). Di dalam Gereja Katolik ada imam diosesan (sebutan yang sering
dipakai imam praja) dan imam religius (ordo atau kongregasi). Imam diosesan adalah
imam keuskupan yang terikat dengan salah satu keuskupan tertentu dan tidak
termasuk ordo atau kongregasi tertentu. Imam religius (misalnya SJ,
MSF, OFM, SMM, dsb) adalah imam yang tidak terikat dengan keuskupan tertentu,
melainkan lebih terikat pada aturan ordo atau kongregasinya.
· Para Diakon; tingkat hierarki yang
lebih rendah terdapat para diakon yang ditumpangi tangan bukan untuk imamat,
melainkan untuk pelayanan. Diakon adalah pembantu
Uskup dan Imam dalam pelayanan terhadap umat beriman. Mereka ditahbiskan untuk
mengambil bagian dalam imamat jabatan. Karena tahbisannya ini, maka seorang
diakon masuk dalam kalangan hirarki. Di Gereja Katolik ada 2 macam Diakon,
yaitu: 1) mereka yang dipersiapkan untuk menerima tahbisan Imam. 2) mereka yang
menjadi Diakon untuk seumur hidupnya tanpa menjadi Imam.
Catatan:
“Kardinal”, Kardinal bukan jabaran
hirarkis dan tidak termasuk struktur hirarkis. Kardinal adalah penasehat Paus
dan membantu Paus dalam tugas reksa harian seluruh Gereja. Mereka membentuk
suatu dewan Kardinal. Jumlah dewan yang berhak memilih Paus dibatasi 120 orang
yang di bawah usia 80 tahun. Seorang Kardinal dipilih oleh Paus secara bebas. Kardinal adalah
merupakan gelar kehormatan. Kata “kardinal” berasal dari kata Latin”cardo” yang
berarti “engsel”, dimana seorang Kardinal dipilih menjadi asisten-asisten kunci
dan penasehat dalam berbagai urusan gereja. Kardinal dapat dipilih dari
kalangan Imam ataupun Uskup. Di Indonesia telah ada 2 orang Kardinal,
yaitu Yustinus Kardinal Darmojuwono Pr (alm.) dan Julius
Kardinal Darmaatmaja SJ.
3. Fungsi Khusus Hierarki
Fungsi khusus hirarki adalah:
a.
Menjalankan tugas gerejani yakni
tugas-tugas yang secara langsung dan eskplisit menyangkut kehidupan beriman
Gereja seperti melayani sakramen-sakramen, mengajar agama dan sebagainya.
b.
Menjalankan tugas kepemimpinan
dalam komunikasi iman. Hirarki mempersatukan umat dalam iman dengan petunjuk,
nasihat dan teladan.
4.
Corak
Kepemimpinan dalam Gereja
a.
Kepemimpinan dalam Gereja
merupakan suatu panggilan khusus, dimana campur tangan Tuhan merupakan unsur
yang dominan. Oleh sebab itu, kepemimpinan dalam Gereja tidak diangkat oleh
manusia berdasarkan suatu bakat, kecakapan atau prestasi tertentu. Kepemimpinan
dalam Gereja tidak diperoleh oleh kekuatan manusia sendiri. “Bukan kamu
yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu.” Kepemimpinan dalam
masyarakat dapat diperjuangkan oleh manusia, tetapi di dalam Gereja tidaklah
demikian.
b.
Kepemimpinan dalam Gereja
bersifat mengabdi dan melayani dalam arti semurni-murninya, walaupun ia sungguh
mempunyai wewenang yang berasal dari Kristus sendiri. Kepemimpinan gerejani
adalah kepemimpinan untuk melayani, bukan untuk dilayani. Kepemimpinan untuk
menjadi orang yang terakhir bukan yang pertama. Kepemimpinan untuk mencuci kaki
sesama saudara.
c.
Kepemimpinan hierarki berasal
dari Tuhan, maka tidak dapat dihapus oleh manusia.
Komentar