Membentuk Kecerdasan Si Kecil sejak Dini


Setiap orangtua pasti mendambakan buah hatinya menjadi sosok yang cerdas dalam berperilaku. Kebanggaan akan membuncah saat anak berhasil prestasi membanggakan. Kecerdasan dan perilaku si kecil tidak terbentuk secara instan, tetapi melalui proses bertahap dan berkesinambungan. Ini dimulai dari sejak buah hati mengalami perkembangan otak di dalam kandungan atau bisa juga disebut dengan 1.000 hari pertama. Masa 1.000 hari pertama adalah rentang waktu 280 hari sebelum kelahiran hingga 720 hari atau dua tahun usia anak.
Pembentukan sirkuit otak sejak dari dalaman kandungan ini akana menjadi penentu perekembangan otak pada kemudian hari. Jika pemberian gizi bagi buah hati dalam kandungan optimal, otak dapat berkembang menjadi lebih sempurna.
Selanjutnya, kecerdasan dalam berperilaku dapat dibentuk dan diprogram oleh Anda sebabagai orangtua sejak tahun-tahun awal pertumbuhan dan perkembangan anak. Stimulasi ini perlu diberikan secara bertahap dan berkesinambungan sesuai dengan usia anak unutk mencapai hasil maksimal.
Ketika anak berusia dua tahun, sirkuit otak anak sudah terbangun sekitar 80 persen. Pada usis enam tahun, perkembangannya telah mencapai 90-95 persen. Ya, enam tahun awal perkembangan anak adalah periode sensitif atau jendela kesempatan (window of opportunity).
Dalam periode ini, otak anak lebih responsif sehingga baik untuk membentuk kecerdasan dan perilaku dasar si kecil. Selain itu, pada masa ini Anda masih bisa mengoreksi bila ada gangguan atau keterlambatan kemampuan dasar yang dialami si kecil.
Namun, pada periode tersebut, si kecil mengalami periode kritis. Artinya, dalam periode kritis, otak anak akan mengalami momen paling sensitif dibandingkan semua periode usia anak. Umumnya, periode kritis terjadi pada usia dua tahun pertama.
Periode kritis ini memang unik. Dalam periode ini, perkembangan sirkuit jaringan otak mencapai 80 persen. Di samping itu,momen ini hanya terjadi sekali dalam seumur hidup. Sebagai orangtua, Anda pun perlu memantau prosesnya agar berjalan maksimal dan tidak terjadi kegagalan pembentukan sirkuit otak yang bisa berakibat permanen.
Periode kritis pada dua tahun pertama juga dapat dipengaruhi oleh masa enam bulan pertama usia si kecil. Pada masa enam bulan pertama akan menjadi dasar pembentukan sirkuit awal sebagai dasar sirkuit otak yang lebih kompleks dalam periode kritis.
Jadi, sebagai orangtua, dampingilah buah hati Anda dalam masa tumbuh kembangnya. Berikan gizi yang cukup dan stimulasi yang tepat untuk anak sedari dini yang sesuai untuk usianya.

Pola asuk tepat
Peran orangtua memang dominan dalam pembentukan karakter anak sejak awal. Faktor nature atau pemberian dari Tuhan dalam diri tiap anak memang tak bisa diubah. Namun, faktor nature yang berasal dari lingkungan, yaitu berupa pemberian gizi, stimulasi, pola asuh, dan faktor lainnya turut ambil andil untuk si kecil.
Psikolog anak, Dr Rose Mini Mpsi menuturkan, pola asuh anak melingkupi proses merawat anak, mengajarkan sosialisasi pada anak, dan komunikasi. Pola asuh pun dapat dibagi menjadi uninvolved (tidak terlihat), indulgent (permisif), authoritative (demokrasi), dan authoritarian (otoriter).
Bunda Rommy menyarankan agar pola asuh ini tidak diterapkan secara dominan  pada anak.  Efeknya, sebagai contoh, anak menjadi manja, kurang dewasa, kurang teratur, egois, mudah menyerah, dan tidak disiplin, jika pola asuh terlalu indulgent.
Namun, gunakan pola asuh secara bergantian sesuai situasi dan kondisi. Misalnya, ketika si kecil sedang bermain-main di dekat kompor yang sedang menyala, terapkan pola asuh authoritarian. Ketika si kecil ingin mengikuti kompetisi seperti Vya, jadilah seperti Tri yang memberikan pola asuh indulgent.
Sebagai orangtua, hindari memaksakan kehendak pada anak. Sebaliknya, ajarkan berbagai hal dan kembangkan dialog dengan si kecil. Ayah dan ibu pun perlou kompak dalam mengembangkan kepercayaan diri anak sehingga anak tidak hanya mempunyai kontrol diri, tetapi juga bebas berkreasi. Hindari pula mengunakan kata-kata kasar, membanding-bandingkan, dan mencela anak. Inilah pola asuh yang baik.
Kecerdasan dan perilaku anak memang bukan instan. Potensi genetik dari orangtua serta kualitas nutrisi dan stimulasi yang seimbang dapat menjadi keberhasilan pada periode kritis anak yang menentukan masa depannya. Ini perlu diimbangi dengan pola pembelajaran kreatif dan pola pengasuhan yang tepat. Dengan kecerdasan optimal, anak akan menjadi lebih mandiri, percaya diri, multi-talenta, dan tangguh dalam menghadapi persoalan. Sosok anak inilah yang disebut generasi platinum.
Generasi platinum ditandai oleh karakteristik antara lain multi-talenta, yaitu memiliki kapabilitas dalam berbagai bidang, memiliki fisik sehat, kreatif dan berdaya imajinasi tinggi, berani menghadapi tantangan, memiliki keinginan kuat mengejar cita-cita, memiliki hubungan baik dengan keluarga, mampu bersosialisasi dengan baik, serta bangga menjadi anak Indonesia. (k, selasa, 23 juli 2013/12 august. 2013)



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dasar, Struktur, Fungsi dan Corak Kepemimpinan (Hierarki) dalam Gereja Katolik

Dongeng Manggarai: Tombo ca anak koe ata oke le eman

HUKUM ADAT SUKU ASMAT