Negativitas: Racun yang membunuh energi-energi positif

Tinjauan terhadap sikap manusia paling tidak akan menghasilkan kesimpulan bahwa ada dua sisi berbeda dalam diri manusia. Di satu sisi, manusia memiliki banyak sifat positif dan di sisi lain manusia memiliki sifat negatif. Sifat negatif atau kelemahan ini justru dilihat sebagai masalah sepele oleh sebagian besar orang. Padahal, sikap "memandang sebelah mata" ini akan menjerumus seseorang ke dalam jurang kemunduran. Oleh karena, saya ingin menjelaskan secara singkat apa yang dinamakan sebagai negativitas yang merupakan sisi hidup manusia yang membuatnya berjalan mundur. Negativitas itu melemahkan kecenderungan positif  dalam diri seseorang. Negativitas adalah racun yang akan membunuh secara sadis apa yang baik, positif dan energi-energi yang membangkitkan.
            Bentuk-bentuk negativitas:
·         Pikiran negatif terhadap orang lain dan diri kita.
·         Mengontaminasi/mematikan pikiran yang positif.
Negativitas bermula ketika orang merasa bahwa hidupnya menjadi lumpuh dan keinginannya tidak terpenuhi. Ketika orang menghukum diri dan orang lain muncul juga negativitas.  Pikiran negatif bermula ketika seseorang tidak mampu melihat apa yang berguna di dalam dirinya. Akibatnya muncul depresi, selalu mengeluh dan mengeluh. Orang cenderung menutup diri, bertanya: mengapa saya seperti ini? mengapa tidak seperti itu? Dalam nada mengeluh hal-hal ini diungkapkan.
Negativitas bermula ketika orang hanya menghasilkan kritikan terus-menerus. Kritikan terus-menerus yang tiada henti hanya dapat mematikan bukan menghidupkan. Kebesaran dan kebaikan mengalami kehancuran karena kritikan yang selalu menyelimuti kepribadian seseorang.  Ada orang yang menginginkan hal-hal besar namun selalu dihalangi oleh perasaan bahwa saya tidak bisa melakukannya. Hal ini dapat merenggut kesempatan/peluang. Segala sesuatu yang diimpikan dapat dicapai manakala kita berpikir bahwa kita mampu.
Cara menghindari negativitas;
·         Memonitor semua pikiran yang masuk
Kesadaran untuk selalu selektif dalam memonitor semua pikiran yang masuk. Rethink pikiran yang masuk, apakah bersifat destruktif atau konstruktif. Jangan memperanakkan apa yang negatif.
·         Memonitor setiap perkataan
Setiap perkataan perlu disadari. Kesadaran perlu dalam mengungkapakan suatu unit bauh pikiran.
·         Excusitas perlu diwaspadai: pembelaan diri. Resistensi mental.
·         Kamus hidup jangan dipenuhi dengan keluhan.
·         Ciptakan kata-kata yang positif


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dasar, Struktur, Fungsi dan Corak Kepemimpinan (Hierarki) dalam Gereja Katolik

Dongeng Manggarai: Tombo ca anak koe ata oke le eman

HUKUM ADAT SUKU ASMAT