Merana
Desau
Rindu; seperti bunga yang tumbuh memecahkan batu.
Mungkin
itu nyanyian yang bisa mengantar ku ke kedalaman cinta. Syair dan genre musiknya
perlahan-lahan melepas semua beban hidup, membawa masuk angin cinta yang sejuk
dan segar. Hati dan jiwaku tenang, sesekali ia gelisah tentang cinta yang penuh
tanda tanya. Sesekali hati menangis tentang keraguan akan cinta yang pernah
ku tabur. Sesekali jiwa merana mencari arti cinta yang diculik oleh perasaan.
Aku kembali bercanda dengan perasaan ku bahwa hidup itu sederhana. Ia hanya tersenyum malu ketika aku memandang
hidup sebagai hal yang sederhana. Dia kembali membawa ku ke taman cinta, taman
yang ditumbuhi banyak bunga. Di taman itu juga ada mata air yang bening mengalir
tanpa henti sembari membasahi bunga-bunga. Air itu mengalir sembari menyapa aku
yang sedang termenung. Ia datang dan pergi tanpa henti menyapa, namun aku tidak
membalas untuk menyapanya. Gelombangnya membawa aku pada masa laluku, masa lalu
yang tenang walaupun banyak persoalan. Lalu aku bertanya; “di manakah muara
hidupku yang dulu, adakah dia hilang seperti air tanah?”. Tidakkah ia bermuara
di lautan cinta yang menghidupkan makhluk-makhluk cinta? Jika ia hilang tanpa
arah, haruskah aku kembali mencari hulunya?. Ah.....aku capeh kembali mencari
jejak-jejak yang sudah lama ku jalani. Aku hanya berharap menemukan
sumber-sumber air yang pernah mengalir dari mata air ku.
Cinta
itu seperti air sungai yang mengalir melewati batu-batuan. Bunyinya seperti sapaan
yang tidak pernah berakhir untuk kita. Ia datang dan pergi tanpa henti menyapa.
Sapaannya tenang dan halus, namun kadang
berisik dan kasar. Begitulah cinta tidak selamanya ia tenang dan halus, ia
harus berisik dan kasar. Hipatios; seperti bunga yang tumbuh memecahkan batu
Komentar