Konstitusi Negara Filipina
Nama
Negara : Republik Filipina
v Klarifikasi
Konstitusi:
KERANGKA KONSTITUSI
Pembukaan
Artikel
I Wilayah
Nasional
Artikel
II Pernyataan
Kebijakan Negara dan Prinsip
Artikel
III Hak
Asasi Manusia
Artikel IV Kewarganegaraan
Artikel
V Hak
Pilih
Artikel
VI Departemen
Legislatif
Artikel
VII Departemen
Eksekutif
Artikel
VIII Departemen
Yudisial
Artikel
IX Komisi
Konstitusi
Artikel
X Pemerintahan
Daerah
Artikel
XI Pertanggungjawaban
Pejabat Negara
Artikel
XII Ekonomi
Nasional dan Warisan
Artikel
XIII Keadilan
Sosial dan Hak asasi manusia
Artikel
XIV Pendidikan,
Ilmu dan Teknologi, Seni, Budaya, Olahraga
Artikel
XV Kekeluargaan
Artikel
XVI Ketentuan
Umum
Artikel
XVII Amandemen
dan perbaikan
Artikel
XVIII Ketetentuan
Sementara
Konstitusi
Filipina tahun 1987 yang mengikuti model A.S., menetapkan tiga cabang terpisah
dalam pemerintah. Cabang eksekutif diketuai oleh presiden dan wakil presiden
yang terpilih melalui pemilihan umum secara terpisah untuk masa jabatan
enam tahun. Karena mereka dipilih secara
terpisah, mereka tidak mesti menjadi anggota partai yang sama. Dalam
kenyataannya, pada tahun 1998, Joseph Estrada dari partai Perjuangan Masa
Nasionalis Filipina dipilih sebagai presiden sedangkan Gloria Macapagal Arroyo
dari partai Kekuatan Rakyat-Perserikatan Nasional Demokrat Kristen dipilih
sebagai wakil presiden. Cabang legislatif yang bicameral (terdiri dari dua
dewan) terdiri dari Senat yang beranggotakan 24 orang, dan dipilih secara luas,
dan Dewan Perwakilan Rakyat yang beranggotakan 260 orang yang dipilih melalui
penunjukkan distrik-distrik. Anggota senat dapat bertugas maksimal dengan dua
masa jabatan (satu masa jabatan adalah enam tahun), anggota dewan perwakilan
rakyat dapat bertugas dengan maksimal tiga masa jabatan (satu masa jabatan
adalah tiga tahun). Badan kehakiman terdiri dari Mahkamah Agung yang
beranggotakan 15 orang, yang menerima perkara dalam pembagian tiga divisi yang
dibagi antara lima anggota masing-masing (Banks dan Muller 1999, 777 – 780).
Konstitusi
menyediakan sebuah perjanjian hak asasi manusia yang memasukkan seluruh bentuk
perlindungan dalam perjanjian hak asasi manusia di Amerika Serikat dengan
sejumlah bentuk perlindungan tambahan. Misalnya, konstitusi tidak hanya
melindungi kebebasan menyatakan pendapat namun juga ekspresi pendapat; tidak
hanya perlindungan dari pemeriksanaan tanpa alasan namun juga perlindungan
terhadap kebebasan tempat tinggal; perlindungan buruh; urusan kontrak;
keyakinan dan aspirasi politik; perlindungan terhadap “hukuman yang
mendegradasikan secara fisik dan psikologis terhadap tahanan atau penggunaan
fasilitas hukuman yang di bawah standar.” Pasal VIII dari konstitusi
mengharuskan pemerintah agar mengatur barang milik dan lingkungan kerja untuk
dapat mempromosikan keadilan sosial dan hak asasi manusia. Walaupun hukuman
mati dibatalkan pada Konstitusi tahun 1987, namun pembatalan dicabut pada tahun
1993 untuk tiga belas jenis kejahatan, termasuk penculikan, pembunuhan,
pemerkosaan, pembajakan, pengkhianatan, dan merampas badan keuangan Negara.
Walau secara retorik hal ini cukup mengesankan, namun upaya perwujudan
janji-janji dalam Konstitusi 1987 terbukti sangat sulit.
Sementara
dalam konstitusi 1987, sistem hukum tidak banyak mengalami perubahan, anggapan
kesetiaan pengadilan tehadap Marcos membangkitkan usaha yang lebih keras agar
sistem hukum menjadi lebih independen, khususnya Mahkamah Agung. Mahkamah Agung
memberikan supervisi administratif pada pengadilan di bawahnya, hakim, pekerja,
dan urusan kedisiplinan pengadilan. Sebelumnya, Departmen Kehakiman bertanggung
jawab atas administrasi kehakiman. Konstitusi juga memperluas yurisdiksinya
yang sebenarnya sudah luas agar memasukkan perkara “penyimpangan penggunaan
kebijaksasnaan yang berlebihan” atau “kurangnya atau terlalu banyaknya
yurisdiksi atas bagian-bagian cabang manapun atau instrumentasi pemerintah.”
Karena pengadilan tidak memiliki kontrol kebijaksanaan atas acara pengadilannya
sendiri, dan mengingat kondisi masyarakat Filipina yang litigious (kecenderungan
untuk tidak sepakat khususnya dalam penyelesaian perkara hukum), terdapat
beberapa masalah dalam masyarakat yang tidak sampai ke pengadilan.
Bertambah kuatnya pengadilan diikuti oleh kekuasaan pengadilan yang semakin besar. Dan dengan kekuasaan yang semakin besar maka semakin besar pula sorotan pengadilan oleh pihak pers (Haynie 1998).
Bertambah kuatnya pengadilan diikuti oleh kekuasaan pengadilan yang semakin besar. Dan dengan kekuasaan yang semakin besar maka semakin besar pula sorotan pengadilan oleh pihak pers (Haynie 1998).
Pengadilan
mendapatkan popularitas dan legitimasi yang cukup tinggi langsung setelah
tercetusnya revolusi 1986. Di bawah kepemimpinan kepala hakim Teehankee, salah
seorang protagonist terhadap Marcos pada masa akhir kekuasaannya, pengadilan
menjadi semakin didukung masyarakat. Survei yang dilakukan Klub Bisinis Makati,
sebuah ikatan eksekutif bisnis meminta penilaian terhadap kinerja agensi-agensi
pemerintah, dan pengadilan dinyatakan sebagai agensi yang paling baik
kinerjanya. Namun serangkaian skandal mewabah dalam pengadilan di tahun 1990an
(di bawah kepala hakim Andres Narvasa), termasuk tindakan suap pada hakim-hakim
di pengadilan bawah, dipermudahnya akses hakim yang telah pensiun (yang
dipekerjakan oleh firma besar) kepada anggota Mahkamah Agung yang sedang
bertugas, pihak pemenang perkara yang dibuat oleh pendapat Mahakmah Agung, dan
manipulasi penulisan opini publik untuk mendapatkan sebuah hasil tertentu.
Sebagai hasilnya, satu dekade setelah turunnya Marcos, survey yang dilakukan
Klub Bisnis Makati meranking pengadilan pada posisi sembilan belas dari tiga
puluh dua badan pemerintah, di bawah ranking department buruh dan militer.
Secara umum, sistem pengadilan menempati ranking tiga puluh dari tiga puluh
dua, bahkan tidak lebih baik dari bagian pengumpulan sampah.
v Perlindungan
HAM dan Pembagian Kekuasaan Kekuasaan
Dalam hal perlindungan HAM, Konstitusi menyediakan
sebuah perjanjian hak asasi manusia
yang memasukkan seluruh bentuk perlindungan dalam perjanjian hak asasi manusia
di Amerika Serikat dengan sejumlah bentuk perlindungan tambahan. Misalnya, konstitusi
tidak hanya melindungi kebebasan menyatakan pendapat namun juga ekspresi
pendapat; tidak hanya perlindungan dari pemeriksanaan tanpa alasan namun juga
perlindungan terhadap kebebasan tempat tinggal; perlindungan buruh; urusan
kontrak; keyakinan dan aspirasi politik; perlindungan terhadap “hukuman yang
mendegradasikan secara fisik dan psikologis terhadap tahanan atau penggunaan
fasilitas hukuman yang di bawah standar.” Pasal VIII dari konstitusi
mengharuskan pemerintah agar mengatur barang milik dan lingkungan kerja untuk
dapat mempromosikan keadilan sosial dan hak asasi manusia.
Dalam konstitusi Negara Filipina juga terdapat
pembagian/pembatasan kekuasaan dengan membagi kekuasaan menjadi tiga bagian,
yaitu eksekutif, legislatif dan yukikatif. Hal itu tercantum dalam Artikel VI,
VII, VII yang mengatur tentang departemen tersebut. Pemabatasan atau pembagian
kekuasaan sangat jelas deangan adanya jangka waktu yang ditetapkan dan
pembagian bidang-bidang yang berbeda (eksekutiff, legislatif dan yukikatif)
v Cara
Mengubah Konstitusi
Negara
filipina pernah melakukan perubahan konstitusi beberapa kali melalui komisi
konstitusi yang independen. Yang pada akhirnya menghasilkan format politik yang
signifikan, dan tidak terkesan dilakukan setengah hati. Perubahan konstitusi
negara Filipina dilakukan dengan terlebih dahulu membentuk suatu komisi
konstitusi yang bertugas melakukan penyelidikan dalam rangka penyusunan naskah
rancangan konstitusi. Dalam hal ini, yang perlu dibahas di sini adalah
perubahan konstitusi melalui komisi konstitusi.
Keinginan
dari Presiden Corazon Aquino, yang naik sebagai Presiden atas hasil people
power setelah diktator Ferdinand Marcos ditumbangkan sekitar akhir Februari
1986 untuk membentuk konstitusi baru yang menjadi hukum tertinggi di negara
tersebut. Sebagai kelanjutan, dibentuklah Komisi Konstitusi, yang disebut
Constitutional Commission, dan segera dilantik pada tanggal 25 Mei 1986. Jumlah
anggota Constitutional Commission, yakni 48 orang, diangkat oleh Presiden
berdasarkan masukan dari masyarakat.
Hal yang
terpenting, yaitu adanya klausula yang menyatakan:anggota Constitutional
Commission tidak mengajukan diri. Terjadilah komposisi anggota perubahan
konstitusi dimonopoli kalangan ahli. Di lain pihak, kalangan partai
dipersilahkan ikut serta dalam komisi konstitusi ini, tetapi dengan syarat
mereka tidak boleh turut dalam pemilu pertama, setelah konstitusi itu
diundangkan. Itulah sebabnya, di dalam komisi konstitusi tidak ada wakil dari
partai politik (parpol) yang menjadi anggota komisi perubahan konstitusi. Mereka
mempunyai kewenangan penuh untuk menghimpun pendapat masyarakat, serta
melakukan penyusunan rancangan konstitusi baru. Komisi konstitusi ini efektif
bekerja pada tanggal 2 Juni 1986 sampai dengan 12 Oktober 1986, dan
menghasilkan Konstitusi Pembebasan dalam waktu lebih kurang tiga bulan.
Cara
kerjanya, Constitutional Commission dibagi dalam beberapa komite, kemudian
melakukan penyusunan rancangan undang-undang dasar. Rancangan undang-undang
dasar yang telah ditandatangani oleh seluruh anggota Constitutional Commission
pada tanggal 15 Oktober 1986 tersebut, disampaikan ke publik untuk
diperdebatkan. Persetujuan rancangan undang-undang dasar yang dihasilkan oleh
Constitutional Commission diputuskan melalui plebesit yang khusus diadakan
untuk itu. Representasi dan partisipasi dari rakyat secara langsung menjadi
pemutus akhir berlaku-tidaknya konstitusi baru di Filipina. Maksudnya,
pengesahan hasil akhi berupa rancangan undang-undang dasar yang telah disetujui
Constitutional Commission, kemudian diserahkan kepada rakyat untuk diadakan
referendum, apakah disetujui atau tidak. Hasil referendum terhadap rancangan
konstitusi baru tersebut disetujui oleh 85 persen rakyat Filipina. Akhirnya
konstitusi baru disahkan pada tahun 1987.
Kesimpulannya
adalah bahwa negara filipina melakukan perubahan konstitusi dengan cara
“Renewal” yakni dengan menyusun sustu konstitusi baru yang berbeda dari
konstitusi yang lama. Perubahan konstitusi dengan cara ‘Renewal’ dilakukan
dengan prosedur yang panjang dan dengan persiapan yang sangat panjang serta
dipertimbangkan secara mendalam.
v Cara
Perubahan Konstitusi
Cara
perubahan konstitusi Negara Filipina dapat ditinjau menurut pandangan K.C.
Wheare. Menurutnya, dengan menempatkan konstitusi pada kedudukan yang tinggi
(supreme) ada semacam jaminan bahwa konstitusi itu akan diperhatikan dan
ditaati dan menjamin agar konstitusi akan dirusak dan diubah begitu saja secara
sembarangan. Perubahannnya harus dilakukan secara hikmat, penuh kesungguhan dan
pertimbangan yang mendalam. Agar maksud itu dapat dilaksanakan dengan baik maka
perubahannya pada umumnya mensyaratkan adanya suatu proses dan prosedur yang
khusus atau istimewa.
Berdasarkan
pandangan Wheare, Negara Filipina melakukan perubahan konstitusi melalui suatu
proses khusus dan istimewa. Prosedurnya pun sangat rumit karena untuk melakukan
perubahan konstitusi membutuhkan dukungan suara rakyat yang sangat besar, yakni
85 persen. Selain itu, perlu dibentuk komisi konstitusi yang independen dan
bertugas menyusun naskah konstitusi yang baru. Dengan demikian, perubahan
konstitusi dibuat dengan membuat perimbangan yang mendalam terlebih dahulu
serta dilakukan dengan penuh kesungguhan sebagaimana pendapat Wheare.
Komentar