MATA PENCAHARIAN, KERAJINAN DAN SENI MASYARAKAT MELAYU JAMBI

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Banyak orang keliru mengartikan adat, terutama generasi muda. Adat diartikan sama dengan kebiasaan lama dan kuno. Kalau mendengar kata adat, maka yang terbayang dalam khayalan adalah orang tua berpakaian daerah, upacara perkawinan, atau upacara-upacara lainnya. Oleh karena itu, jangan heran jika media massa pun sering keliru, sehingga pakaian daerah disebut pakaian adat atau rumah yang berbentuk khas daerah disebut rumah adat. Tegasnya, apa yang berbentuk tradisional dianggap adat.
Indonesia adalah salah satu negara kepulauan yang memiliki banyak wilayah yang terbentang di sekitarnya. Ini menyebabkan keanekaragaman suku, adat istiadat dan kebudayaan dari setiap suku di setiap wilayahnya. Hal ini sungguh sangat menakjubakan karena biarpun Indonesia memiliki banyak wilayah, yang berbeda suku bangsanya, tetapi kita semua dapat hidup rukun satu sama lainnya.
Namun, sungguh sangat disayangkan apabila para generasi penerus bangsa tidak mengtehaui tentang kebudayaan dari setiap suku yang ada. Kebanyakan dari mereka hanya mengetahui dan cukup mengerti tentang kebudayaan dari salah satu suku yang ada di Indonesia, itu juga karena pembahasan yang sering dibahas selalu mengambil contoh dari suku yang itu-itu saja.
Sejak ratusan tahun lalu provinsi jambi dihuni oleh etnis melayu, seperti suku Kerinci, Suku Batin, suku Bangsa Dua Belas, suku Penghulu, dan suku Anak dalam. Namun juga ada etnis pendatang. Perjalanan sejarah yang dialami etnis melayu telah melatar belakangi budaya melayu di Jambi.
Setiap kebudayaan itu bersifat dinamis akan perubahan  bahkan mungkin hilang sama sekali. Penyebabnya adalah perkembangan kebudayaan, pengaruh budaya luar, kurangnya kesadaran masyarakat, dan lemahnya jiwa kebudayaan para remaja sebagai generasi penerus nilai-nilai kebudayaan bahkan itu mungkin dan telah terjadi di provinsi jambi.
‘Jambi’ berasal dari kata ‘Jambe’ dalam bahasa Jawa yang berarti ‘Pinang’. Kemungkinan besar saat Tanah Pilih dijadikan tapak pembangunan kerajaan yang baru, pepohonan pinang banyak tumbuh disepanjang aliran sungai Batanghari, sehingga nama itu yang dipilih oleh Orang Kayo Hitam.
Namun dari penjelasan di atas, ada versi lain yang menyebutkan bahwa kata Jambi itu justru berasal dari bahasa Arab yang di tulis dalam tulisan Arab (huruf Hijaiyah) dengan makna sahabat akrab. Demikian info dari teman bloger saya yang bernama Ridcho:
“Berpedoman pada buku sejarah De Oudste Geschiedenis van de Archipel bahwa Kerajaan Melayu Jambi dari abad ke 7 s.d. abad ke 13 merupakan bandar atau pelabuhan dagang yang ramai. Disini berlabuh kapal-kapal dari berbagai bangsa, seperti: Portugis, India, Mesir, Cina, Arab, dan Eropa lainnya. Berkenaan dengan itu, sebuah legenda yang ditulis oleh Chaniago

menceritakan bahwa sebelum Kerajaan Melayu jatuh ke dalam pengaruh Hindu, seorang puteri Melayu bernama Puteri Dewani berlayar bersama suaminya dengan kapal niaga Mesir ke Arab, dan tidak kembali. Pada waktu lain, seorang putri Melayu lain bernama Ratna Wali bersama suaminya berlayar ke Negeri Arab, dan dari sana merantau ke Ruhum Jani dengan kapal niaga Arab. Kedua peristiwa dalam legenda itu menunjukkan adanya hubungan antara orang Arab dan Mesir dengan Melayu. Mereka sudah menjalin hubungan komunikasi dan interaksi secara akrab.
Kondisi tersebut melahirkan interpretasi bahwa nama Jambi bukan tidak mungkin berasal dari ungkapan-ungkapan orang Arab atau Mesir yang berkali-kali ke pelabuhan Melayu ini. Orang Arab atau Mesir memberikan julukan kepada rakyat Melayu pada masa itu sebagai ”Jambi”, ditulis dengan aksara Arab yang secara harfiah berarti ’sisi’ atau ’samping’, secara kinayah (figuratif) bermakna ’tetangga’ atau ’sahabat akrab’.”
Demikianlah pendapat yang kedua, dengan alasan jika memang dulunya Orang Kayo Hitam menyebut pinang dengan kata jambe seharusnya putri pinang masak itu namanya Putri Jambe Masak. Jadi menurut saya (pendapat teman bloger saya yang bernama M.Isa. Ansyori) kata jambi itu bukannlah diambil dari bahasa Jawa, mengingat hingga sekarang masyarakat Jambi dari dulu tetap menyebut pinang dengan istilah pinang, tidak pernah menyebutnya dengan kata jambe, kecuali orang Jawa yang sudah tinggal di Jambi yang menyebutnya dengan kata jambe.
Dalam penulisan makalah ini saya akan membahas tentang kebudayaan melayu Jambi yang dibatasi pada unsur budaya, mata pencaharian, kerajinandan seni masyarakat melayu Jambi. Setidaknya dapat memberikan gambaran tentangkebudayaan melayu Jambi.
Karna kita juga harus mengetahui budaya yang ada di Indonesia ini agar pengetahuan kita dapat menguiraikan kebudayaan jambi itu seprti apa , bagai mana mata pencaharian nya , seni budaya nya seperti apa , dan masih banyak yang perlu kita ketahui dalam adat budaya jambi ini .


BAB II
PEMBAHASAN

1.      KEBUDAYAAN MELAYU JAMBI

Jauh sebelum abad masehi etnis melayu setelah mengembangkan suatu corak kebudayaan melayu pra sejarah di wilayah pengunungan dan dataran tinggi. Masyarakat pendukung kebudayaan melayu pra sejarah adalah suku Kerinci dan suku Batin. Orang kerinci di perkirakan telah menepati caldera danau kerinci sekitar tahun 10.000 SM sampai tahun 2000 SM. Suku Kerinci dan termasuk juga suku Batin adalah suku tertua di Sumatera. Mereka telah mengembangkan kebudayaan batu seperti kebudayaan Neolitikum.
Kehadiran agama buda sekitar abad 4 M telah mendorong lahir dan berkembangnya suatu corak kebudayaan buddhis. Kebudayaan ini di identifikasikan sebagai corak kebudayaan melayu kuno. Masyarakat pendukung kebudayaan melayu buddis yang masih ada di Jambi adalah suku anak dalam (kubu). Namun peningalan momental kebudayaan melayu Buddishis adalah bangunan candi-candi yang tersebar dikawasan daerah aliran sungai (DAS) batanghari, salah satu di antaranya ialah situs candi muara Jambi. Pada masa kebudayaan buddhis sedang mengalami kemunduran sekitar abad 11-14 M, maka bersamaan waktunya di daerah jambi mulai berkembang suatu  corak kebudayaan islam. Kehadiran Islam diperkirakan pada abad 7 M dan sekitar abad 11M Islam  mulai menyebar ke seluruh lapisan masyarakat pedalaman Jambi. Dalam penyebaran Islam ini maka pulau berhala dipandang sebagai pulau yang sangat penting dalam sejarah Islam di Jambi. Karena sejarah mencatat bahwa dari pulau berhala itulah agama Islam disebarkan keseluruh pelosok daerah Jambi. Kehadiran Islam ini membawa perubahan mendasar bagi kehidupan social/ masyarakat melayu Jambi. Agama Islam pelan-pelan tapi pasti, mulai mengeser kebudayaan melayu buddhis sampai berkembangnya corak kebudayaan melayu Islam.
Kebudayaan daerah tidak lain adalah kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat local sebagai pendukungnya. Sedangkan yang dimaksud dengan kebudayaan melayu jambi adalah kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah etnis melayu Jambi.*
2.      MATA PENCAHARIAN

Mata pencaharian masyarakat Jambi adalah bertani,  berjualan, panen getah dan melaut Di Jambi sendiri kebanyakan daerahnya adalah berupa hutan. Sehingga mata pencaharian mereka didominasi oleh para petani biasanya pula mereka yang bertani berasal dari pedesaan. Dalam hal bertani, sama seperti kota-kota lainnya yang terletak di daratan rendah, adalah bertanam padi pada lahan kosong. Sedangkan dalam hal melaut, mencari ikan di sungai merupakan mata pencaharian tambahan, begitu juga mencari dalam hal mencari hasil hutan.

Usaha-usaha tambahan ini biasanya dilakukan sambil menunggu panen atau menunggu musim tanam berikutnya. Karena di Jambi sendiri juga dihuni oleh masyarakat keturunan TiongHua, maka di zaman sekarang ini banyak pula warga masyarakat kaeturunan Cina di Jambi yang mencari pendapatan melalui proses berdagang. Ada yang berdagang mas, berdagang sembako dan adapula yang berdagang bahan-bahan material.**
Orang jambi tradisional menamai tempat mereka bertani diantaranya adalah:
a.       Sawah
Terdapat tiga model sawah yaitu:
1.      Sawah payau
Adalah sawah yang dibuat di atas sebidang tanah yang secara alamiah telah mendapat air dari suatu sumber air, atau tanahnya sendiri telah mengandung air
2.      Sawah tadah hujan
Adalah sebidang tanah kering yang diolah dengan mengunakan cangkul atau bajak yang diberi galangan atau pematang sedangkan pengairannya sangat tergantung pada hujan
3.      Sawah irigasi
Adalah sejenis tanah yang digarap dengan sistem irigasi, tanah ini diolah dengan cara memakai sumber air dari mata air atau sungai.

b.      Ladang
Ada dua macam ladang yaitu:
1.      Umo renah
Adalah ladang yang cukup luas yang terbentang pada sebidang tanah yang subur dan rata. Tanah tersebut terdapat di pingir-pingir sungai dan dilereng-lereng bukit yang mendatar.
2.      Umo talang
Adalah ladang yang dibuat orang di dalam hutan belukar yang letaknya jauh dari pedesaan, dan biasanya pada umo talang orang akan membuat pondok yang biasa digunakan untuk menungu panen tiba.
Ternyata dalam mereka melakukan hal dalam mata pencaharian ada memiliki adat istiadat yang digunakan, contoh dalam anak undang nan dua belas terdapat ayat yang menyatakan seperti ini, “umo berkandang siang, ternak berkandang malam”. Yang memiliki arti adalah para petani harus menjaga sawah atau tanamannya pada siang hari, bagi yang punya kerbau mengurung pada malam hari. Dan apabila tanaman padi petani dimakan atau dirusak pada sinag hari maka pemilik ternak tidak dapat diminta ganti rugi, namun bila tanamannya dirusak pada malam hari maka pemilik ternak dapat dimintai ganti rugi.*** dalam mengolah tanah orang jambi juga mengunakan cara yang tradisional seperti pengunaan kincir air sebagai sistem perairan, cangkul, sabit, parang serta bajak kerbau.

Sedangkan penduduk daerah jambi terutama yang bermukim di sepanjang bantalan sungai batanghari dan anak sungainya agaknya memahami benar bahwa air itu adalah sumber kehidupan. Sehinga umumnya penduduk ini bermata pencaharian sebagai nelayan oleh karena itu dikenal perkampungan nelayan adalah perkampungan yang berada di pingir pantai dan di pingir sungai batanghari. Oleh karena itu, hampir setiap rumah penduduk di daerah ini memiliki alat penangkapan ikan tradisional yang dikenal dengan: tanguk, sauk, jalo, mentaben, guntang, geruguh, lukah, serkap, jelujur, onak, saruo, tamban, rawai, tiruk, lulung, pukat hanyut, lenggian, sangkar ikan. Yang pada umumnya di buat sendiri dengan mengunakan bahan-bahan yang tersedia dengan cara dan bentuk yang tradisional.

3.    KERAJINAN
Provinsi Jambi sangat kaya akan kerajinan daerah, salah satu bentuk kerajinan daerahnya adalah:
a.  Anyaman
anyaman yang berkembang dalam bentuk aneka ragam. Kerajinan anyaman di buat dari daun pandan, daun rasau, rumput laut, batang rumput resam, rotan, daun kelapa, daun nipah, dan daun rumbia. Hasil anyaman ini bermacam–macam, mulai dari bakul, sumpit, ambung, katang–katang, tikar, kajang, atap, ketupat, tudung saji, tudung kepala dan alat penangkap ikan yang disebut Sempirai, Pangilo, lukah dan sebagainya.

b. Tenun dan batik motif flora
Tenun dntenun yang sangat terkenal, yaitu tenunan dan batik motif flora. Batik biasa kita tau kebanyakan berasal dari pulau Jawa. Namun sesungguhnya seni batik itu tak hanya berada di pulau Jawa saja, beberapa daerah di Sumatera pun juga memiliki seni batik tersendiri. Ini terbukti banyaknya hasil batik yang di hasilkan dari Jambi, baik buatan pabrik maupun produksi rumah tangga. Produk batik dapat berkembang hingga sampai pada suatu tingkatan yang membanggakan baik desain maupun prosesnya. Begitu pula dengan batik yang ada tumbuh dan berkembang di daerah Jambi.
Pada zaman dahulu batik Jambi hanya dipakai sebagai pakaian adat bagi kaum bangsawan/raja Melayu Jambi. Hal ini berawal pada tahun 1875, Haji Muhibat beserta keluarga datang dari Jawa Tengah untuk menetap di Jambi dan memperkenalkan pengolahan batik. Motif batik yang diterapkan pada waktu itu berupa motif – motif ragam hias seperti terlihat pada ukiran rumah adat Jambi dan pada pakaian pengantin, motif ini masih dalam jumlah yang terbatas. Penggunaan motif batik Jambi, pada dasarnya sejak dahulu tidak dikaitkan dengan pembagian kasta menurut adat, namun sebagai produk yang masih eksklusif pemakaiannya dan masih terbatas di lingkungan istana.
Dengan berkembangnya waktu, motif yang dipakai oleh para raja dan keluarganya saat ini tidak dilarang digunakan oleh rakyat biasa. Keadaan ini menambah pesatnya permintaan akan kain batik sehingga berkembanglah industri kecil rumah tangga yang mengelola batik secara sederhana.
Perkembangan batik sempat terputus beberapa tahun, dan pertengahan tahun 70-an ditemukan beberapa lembar batik kuno yang dimiliki oleh salah seorang pengusaha wanita “Ibu Ratu Mas

Hadijah” dan dari sanalah batik Jambi mulai digalakkan kembali pengembangannya. Salah seorang ibu yang turut juga membantu perkembangan pembatikan di Jambi adalah Ibu Zainab dan Ibu Asmah yang mempunyai keterampilan membatik di Seberang Kota.
Pada mulanya pewarnaan batik Jambi masih menggunakan bahan-bahan alami dari tumbuh-tumbuhan yang terdapat di dalam hutan daerah Jambi, seperti :
  1. Kayu Sepang menghasilkan warna kuning kemerahan.
  2. Kayu Ramelang menghasilkan warna merah kecokelatan.
  3. Kayu Lambato menghasilkan warna kuning.
  4. Kayu Nilo menghasilkan warna biru.
Warna-warna tersebut merupakan warna tradisional batik Jambi, yang mempunyai daya pesona khas yang berbeda dari pewarna kimia.****
c.       Ukir kayu betung
Merupakan kerajinan ukir kayu yang terdapat di Desa Betung. Kabupaten Batanghari. Para pengrajin memanfaatkan produk kayu hutan yang banyak terdapat di Jambi. Jenis kayu yang banyak dipakai sebagai bahan baku adalah rengas, meranti dan jelutung. Sebagian besar produknya untuk perabot rumah tangga seperti meja, kursi dan tempat tidur.

4.   KESENIAN
mengenai seni dapat di bagi kedalam:
a.    seni tari
Seni tari daerah Jambi cukup banyak ragam serta coraknya, dimana pada tiap-tiap daerah mempunyai ciri sesuai dengan keadaan daerah serta suku dalam kelompok masyarakat adat yang bersangkutan. Dari sekian banyak corak dan ragamnya seni tari daerah Jambi, namun sudah banyak pula yang hampir tidak dikenal bahkan dilupakan oleh lingkungan masyarakat yang bersangkutan. Beberapa seni tari yang dikenal di Provinsi Jambi, yaitu:
a)      Kota Jambi
      Tari Sekapur Sirih
Tari ini diciptakan oleh Firdaus Chatab pada tahun 1962, kemudian ditata ulang oleh OK Hendri BBA pada tahun 1967. tari ini digunakan untuk menyambut tamu yang dihormati sebagai ungkapan rasa putih hati dalam menyambut tamu, dan ditarikan oleh penari remaja putri.
-   Tari Dana Sarah
Tari ini berasal dari pelayangan, yang sudah dimodifikasi yang berasal dari Seberang Kota Jambi. Penciptanya tidak dikenal dan ditata ulang oleh Abdul Aziz pada tahun 1984. Tari ini digunkan sebagai sarana dalam penyebaran agama islam, yang ditarikan oleh penari putra dan putri.
      Tari Serengkuh Dayung
Tari ni penciptanya tidak diketahui, namun telah ditata ulang oleh Aini Rozak pada tahun 1990. tarian ini menggambarkan tentang perasaan searah setujuan, kebersamaan di dalam segala sesuatunya, dan ditarikan hanya oleh penari putri.
b)  Kabupaten Batang Hari dan Kabupaten Muaro Jambi
      Tari Piring Jambi
Tari ini berasal dari Muara Tembesi yang diciptakan oleh Abdul Manan, kemudian ditata ulang oleh OK Hendri pada tahun 1970. Tarian ini menggambarkan kelincahan muda mudi dalam memainkan piring dan ditarikan oleh penari putra dan putri.

      Tari Baselang
Pencipta tarian ini tidak dikenal, kemudian ditata ulang oleh Darwan Asri Tahun 1977. Tarian ini menceritakan tentang semangat kegotongroyongan masyarakat desa dan ditarikan oleh penari putra dan putri.

c)    Kabupaten Tanjung Jabung Barat & Kabupaten Tanjung Jabung Timur
      Tari Inai
Penciptanya tidak dikenal, kemudian ditata ulang oleh M.Arsyad dan Zainuddin pada tahun 1992. tarian ini untuk menghibur mempelai wanita yang sedang memasang inai dimalam hari, sebelum duduk dipelaminan, dan tarian ini ditarikan oleh remaja putra dan putri.
      Tari Sumbun
Pencipta tarian ini tidak dkenal, kemudian ditata ulang pada tahun 1989 oleh Rukiah Effendi. Tarian ini menggambarkan para nelayan yang sedang mencari sumbun ditepian pantai dengan lincahnya, ia memasukkan obat dalam sumbun. Tarian ini ditarikan hanya oleh penari putri.
      Tari Japin Rantau
Tari ini diciptakan oleh Darwan Asri dan ditata ulang tahun 1986 oleh Darwan Asri. Tarian ini menggambarkan prikehidupan masyarakat dipesisir pantai, dan ditarikan oleh remaja putri.

d) Kabupaten Bungo & Kabupaten Tebo
      Tari Putri Teluk Kembang
Pencipta tarian ini tidak dikenal, dan tarian ini menggambatkan tentang keakraban kehidupan masyarakat , dan ditarikan oleh penari putri.

      Tari Cucu Ungko
Pencipta tarian ini tidak dikenal, dan tarian ini menggambarkan tentang usaha masyarakat dalam menangkap binatang yang digemarinya. Tarian ini ditarikan oleh penari putra dan putri.
      Tari Tauh
Pencipta tari ini tidak dikenal, tarian ini menggambarkan tentang kegembiraan muda mudi, dan ditarikan oleh penari putra dan putri.

e) Kabupaten Sarolangun & Kabupaten Bangko
      Tari Kisan
Penciptanya tidak dikenal dan ditata ulang oleh Daswar Edi pada tahun 1980 dan Darwan Asri tahun 1983. tarian ini menggambarkan kegiatan masyarakat dalam mengolah padi menjadi beras, dan tarian ini dibawakan oleh penari remaja putri.
      Tari Kromong
Pencipta tarian ini tidak dikenal, dan tarian ini menceritakan bagaimana wanita berhias, dan dibawakan oleh penari putri
      Tari Mengatur Berentak
Pencipta tarian ini tidak dikenal, dan kemudian ditata ulang oleh Zakaria pada tahun 1970. Tarian ini menggambarkan kegotongroyongan dalam menggarap sawah dan dibawakan oleh penari putri.

f) Kabupaten Kerinci
      Tari Mandi Taman
Penciptanya tidak dikenal dan ditata ulang oelh Baharudin BY pada tahun 1979. Tarian ini menggambarkan rasa syukur ketika membawa anak turun mandi, yang dibawakan oleh penari putri.
      Tari Rangguk
Penciptanya tidak dikenal, ditata ulang oleh Iskandar Zakaria tahun 1977. Tarian ini biasa ditarikan  untuk menyambut tamu yang datang berkunjung, dan dibawakan oleh penari putri.
      Tari Rangguk Ayak
Pencipta tari ini tidak dikenal dan kemudian ditata ulang oleh Don Alwizar. Tari ini menggambarkan kegembiraan sehabis panen dan ditarikan oleh penari putri)
      tari rentak kudo
tari ini sangat populer di masyarakat Kerinci. Tari Rentak Kudo adalah tarian kesenian khas budaya asli masyarakat Kerinci yang berasal dari daerah Hamparan Rawang Kabupaten KerinciJambi yang banyak diminati kalangan masyarakat di Kabupaten Kerinci.
Tarian ini dikenal sebagai "Rentak Kudo" karena gerakannya yang menghentak-hentak seperti kuda. Tarian ini ditarikan di dalam perayaan yang dianggap sangat Latar belakang
Tarian ini ditarikan di dalam perayaan yang dianggap sangat sakral oleh masyarakat Kerinci. Tingginya penghormatan terhadap perayaan seni dan budaya Kerinci ini pada zaman dahulu sangat kuat sehingga dipercaya bahwa dalam setiap pementasan seni budaya ini getaran dan hentakan tari Rantak Kudo bisa terasa hingga jarak yang sangat jauh dari lokasi pementasan. Tarian ini dipersembahkan untuk merayakan hasil panen pertanian di daerah Kerinci yang secara umum adalah beras (padi) dan dilangsungkan berhari-hari tanpa henti. Kadang bila dilanda musim kemarau yang panjang, masyarakat Kerinci juga akan mementaskan kesenian ini untuk berdoa kepada Yang Maha Kuasa (menurut kepercayaan mereka masing-masing). Tujuan dari pementasan tari ini umumnya adalah untuk melestarikan pertanian dan kemakmuran masyarakat, untuk menunjukkan rasa syukur masyarakat Kerinci baik dalam musim subur maupun dalam musim kemarau untuk memohon berkah hujan sakral oleh masyarakat Kerinci. Tingginya penghormatan terhadap perayaan seni dan budaya Kerinci ini pada zaman dahulu sangat kuat sehingga dipercaya bahwa dalam setiap pementasan seni budaya ini getaran dan hentakan tari Rantak Kudo bisa terasa hingga jarak yang sangat jauh dari lokasi pementasan.
Namun pada saat sekarang tari rantak kudo sudah umum dipakai, bahkan acara/ resepsi pernikahan pun tari rantak kudo ini sering digunakan di kalangan masyarakat untuk suatu hiburan di suatu pernikahan.******

b.    seni musik dan teater
1)        kelintang kayu
merupakan alat musik pukul khas Provinsi Jambi yang terbuat dari kayu. Dalam memainkannya beriringan dengan alat musik talempong, gendang dan akordion. Pada zaman jayanya alat musik ini dimainkan untuk kalangan bangsawan. Dalam pertunjukannya didendangkan syair lagu-lagu betuah dan tarian khas Jambi.


2)        Hadrah
Merupakan jenis kesenian jambi yang bernuansa islami, kesenian ini mengunakan terbang atau rebana sebagai alat musiknya. Alat-alat tersebut ditabuh dan disertai nyanyian dalam bahasa Arab, hadrah sering digunakan untuk mengiringi pengantin pria, menyambut tamu dan acara-acara agama islam.
3)        Dul muluk
Merupakan seni teater yang berkembang di kota Jambi dan Batanghari. Kesenian ini sudah jarang ditampilkan. Sumber cerita berasal dari sahibul hikayat, satu kekhasan dari pertunjukan ini adalah pada bagian tengah pangung ditempatkan satu meja.
Para pelakon beradegan setelah pelakon berdialog atau bernyanyi, mereka memukul meja dengan mengunakan sebatang tongkat seiring irama musik. Pada bagian tertentu ada tarian yang mengikutsertakan penonton sehinga membuat suasana semakin meriah.
4)        Krinok
Adalah pepatah petitih yang isinya berupa pantun nasehat,agama, kasih sayang kepahlawanan dan lain-lain. Dibawakan oleh seseorang dengan cara bersenandung, sedangkan musiknya pada awalnya hanya mengunakan vocal yang dilakukan oleh si pengkrinok (orang yang bersenandung). Oleh masyarakat petani ladang/petani sawah yang umumnya berdomisili di daerah dataran rendah,kesenian rakyat (musik krinok) ini biasanya dilakukan setelah mereka usai menjalankan aktivitas pertaniannya. Dimaksudkan untuk mengatasi kejenuhan, pelepas lelah atau sebagai pelipur lara. Disamping itu sering juga dilaksanakan pada saat menunggu hasil panen, sambil menjaga tanaman mereka dari serangan burung, tikus, babi, dan lain-lain. Bila sudah tiba saatnya panen biasanya pada malam harinya mereka mengadakan pertemuan di suatu tempat yang telah ditentukan untuk melangsungkan acara krinok-an. Acara ini akan dihadiri oleh ibu-ibu dengan membawa anak gadisnya, juga dihadiri oleh sejumlah anak-anak bujang, selama acara berlangsung, bujang/gadis saling melempar pantun. Pantun-pantun tersebut diungkapkan secara bersenandung yang disebut krinok. Tradisi semacam ini sampai sekarang masih dilakukan oleh masyakat setempat, seperti yang penuh diamati di Dusun Rantau Pandan yang jaraknya lebih kurang 40 km dari pusat kota Muoro Bungo.

c.       Seni Sastra
Salah satu seni sastra yang berkembang di Jambi yaitu sastra Lisan Kerinci. Seni ini berkembang dalam budaya masyarakat kerinci. Bentuk-bentuknya antara lain puisi, pantun, prosa, prossa liris dan kunaung-kunaung adalah merupakan perpaduan cerita lagu dan ekspresi penceritanya. Pada umumnya cerita berisi nasihat, pendidikan moral, petuah, kisah-kisah rakyat dan pelipur lara.


















BAB III
ANALISIS MASALAH

Kasus sengketa tanah
MUARA TEBO(SR28) - Ratusan warga Suku Anak Dalam (SAD) menduduki lahan PT. WKS. Aksi tersebut dipicu lambatnya Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tebo dan aparat hukum dalam menyelesaikan tuntutan warga SAD atas lahan seluas 200 hektar, yang selama ini mereka klaim sebagai tanah pemakaman.

Oktaviandi Mukhlis, pendamping warga SAD sewaktu dikonfirmasi SR28 membenarkan aksi pendudukan lahan tersebut. Diterangkannya, informasi terakhir yang diterimanya dari Temenggung Tupang Besak atau pimpinan warga SAD Desa Muara Kilis, saat ini sudah ada 4 Temenggung yang bergabung untuk memberi dukungan aksi warga SAD tersebut.

“Informasinya hampir terjadi keributan antara warga SAD dengan aparat keamanan. Mereka sudah saling kejar-kejaran,” kata Oktaviandi Mukhlis menerangkan informasi yang diterimanya.

Menurut Andi, sapaan Oktaviandi Mukhlis, aksi tersebut berkemungkinan akan lebih anarkis lagi jika Pemkab Tebo maupun aparat keamanan tidak cepat tanggap atas tuntutan mereka (warga SAD,red). Pasalnya, Selasa (24/09) kemarin warga SAD sudah sepakat dengan perusahaan dan Pemkab Tebo agar konflik ini secepatnya diselesaikan.

“Dari hasil terakhir mediasi kemarin, Pemkab Tebo baru mau bentuk tim penyelesaian sengketa. Sementara warga SAD sudah tidak sabar karena persoalan ini mereka anggap sudah sangat lama dan hingga sekarang belum ada kejelasan. Yang jelas, warga SAD tidak bisa dijanji-janjikan seperti masyarakat pada umumnya, karena bagi mereka, ingkar janji adalah pelecehan,” ungkap Andi.

Juga, lanjut Andi, pada mediasi terakhir yang dilakukan di aula Kantor Bappeda Tebo pada tanggal 17 September kemarin, tidak ada titik terang solusi penyelesaian sengketa. Bahkan tidak ada ketegasan hukum adat dari Ketua Lembaga Adat, “Ini yang membuat mereka bertindak anarkis di luar keinginan,” ujarnya.

Untuk itu, Andi minta kepada Pemkab Tebo, aparat penegak hukum dan pihak-pihak yang terkait agar secepatnya menyelesaikan persoalan ini dengan cara mediasi. Jangan sampai mereka berbuat hal-hal yang tidak diinginkan.

“Saya sebagai pendamping hanya berusaha untuk meredakan ini. Tapi tetap saja penyelesaiannya ada pada Pemkab Tebo dan pihak perusahaan,” pungkasnya.
ADAT PERKAWINAN MASYARAKAT JAMBI
1. PENETAPAN JODOH ( MASA BARUNDING )
TEGAK BATURUT DUDUK BATANYO
( SIRIH BATURUT PINANG BATANYO )

BISMILLAH HIRROHMANIRROHHIM
ASSALAMUALAIKUM WARAHMATULLAHI WABAROKATUH
PIHAK NANG DATANG ( LAKI – LAKI )

Terlebih dahulu kami mohon maaf, andai kato kedatangan kami ko telah mengganggu Bapak – bapak dan Ibu – Ibu. Kedatangan kami kerumah nang bapagar adapt, laman nang basapu undang, tepian nang bapagar iko, diutus oleh adik kami yang bernamo……………………….suami isteri, kami ko nak nyampekan sirih nang sakapur, rokok nang sabatang, tando dating untuk batanyo, karma pada waktu nang silam, anak kemenakan kami nang banamo…………………….. ruponyo bausik sirih baguro pinang dengan anak kito nang dirumah iko nang banamo…………………..kemenakan kami ruponyo hatinyo sudah tapaut pandangannyo sudah tatumbuk, nang idak dapat dialih pado anak kito nang dirumah iko nang banamo…………………..diok kapengen bakampuh nak lebar, baulas nak panjang, kabukit diok samo nak mendaki, kelurah diok nak samo manurun, oleh karena itu sekironyo idak kecik tuak nang gedang, idak kan menjadi ampo padi disawah, dak ado hal nang menghalang, dak ado pagar nang magempang, dak ado unak nang mengait, kami nak dating anak kito nang ado dirumah iko, nak kami dudukkan dengan kemenakan kami nag kami sebutkan tadi, sebagai tando kami lah dating batanyo, kami serahkan bungo nang batangke buah nang batampuh ( sambil menyerahkan tepak sirih ).

PIHAK NANG NUNGGU ( PEREMPUAN )

Datuk – datuk sebalah pihak nang kami hormati, jika itu maksud kedatangan datuk – datuk kerumah kami ko, yaitu nang menanyokan keadaan anak gadis kami nang dirumah iko, umurnyo baru setahun jagung, darah baru setampuk pinang, dan akalnyo belum salilit talunjuk, anak kami tersebut kalu kecik belum banamo, gedang belum bagelar dan belum ado sirih baturut pinang batanyo.
Oleh Karena itu kedatangan datuk – datuk ko, kalu kecik tapak tangan niru kami tadahkan, kalu kecik niru laman kami bentangkan, bagi kami tuah akan dating, untung akan tibo, kareno kalu anak kami anyut, alah ado bakal marenanginyo, kalu diok tenggelam alah ado bakal menyelaminyo, tapi datuk – datuk, anak memang anak kami, waris ado disanak memannyo, kami Cuma memasukkannyo sore ngeluarkannyo pagi, haus nak kami bagi aek, lapar nak kami bage makan.


Tapi nang makan ngabisi netak mutusi adolah sanak memannyo, oleh karena itu hal iko nak kami sampekan kepado sanak memannyo, samo –samolah kito bado’ a supayo jangan ado batang nang melintang, pagar nang mengempang dan unak nang mengait, kami harapkan datuk –datuk basabar, menunggu kabar dari kami, paling cepat 3 ( Tigo ) hari lagi, kami utus keluargo kami untuk memalikkan tepak sirih dari datuk iko, kalulah tepak sirih nang kami balikkan itu isinyo kosong, berarti kami persilokan datuk tuk dating melamar, tapi kalu tepak sirih nang kami balikkan isinyo masih lengkap, mako datuk – datuk belum dapat dating nak melamar anak kami.

Demikianlah datuk – datuk kami ucapkan terima kasih.

WABILLAHI TAUFIQ WAL HIDAYAH
WASSALAMUALAIKUM WARAHMATULLAHI WABAROKATUH
2. ACARA PINANGAN MELAMAR ATAU
NGANTAR TANDO
BISMILLAH HIRROHMANIRROHHIM
ASSALAMUALAIKUM WARAHMATULLAHI WABAROKATUH

PIHAK NANG DATANG ( LAKI – LAKI )
Datuk – datuk tuo – tuo tengganai alim ulama cerdik pandai, serto nang tinggi nampak jauh, nang dekat jolong basuo, nang menapik mato pedang, nang manentang mato ari, nang bajalan dulu salangkah, nang bakato lebih sapatah, serto sagalo kito nang ado dirumah nang sebuah iko, rumah nang diatas batutup bubu8ngan perak, dibawah nang baalaskan sendi gading, rumah nang bapagar adapt, laman nang basapukan undang, tepian nang bapagar baso, nang kecik dak kami sebutkan namonyo, nang gedang idak kami panggil gelarnyo.
Adolah kedatangan kami sebanyak iko, iyolah ndak batanyo agak sepatah, nak numpangbarunding agak sabaris, kalu dululuskan oleh datuk – datuk syukur Alhamdulillah, kalu idak yo terimo kasih.
PIHAK NANG NUNGGU ( PEREMPUAN )
Datuk – datuk nang dating, sebalum kito bacakap ba andai – andai, bagi lurus kami nak batanyo, siapo sebanarnyo datuk – datuk nang dating iko, kalu kedatangan datuk – datuk iko idak mawak cekak dengan kelahi, idak mawak tail dengan neraco, yo kami terimo dengan senang hati, kecik tapak tangan niru kami tadahkan, kecik niru laman kami bentangkan, cobolah datuk – datuk katokan.









3. SERAH TERIMO ULUR ANTAR
ADAT PERKAWINAN

BISMILLAH HIRROHMANIRROHHIM
ASSALAMUALAIKUM WARAHMATULLAHI WABAROKATUH


PIHAK NANG DATANG ( LAKI – LAKI )
Datuk – datuk tuo – tuo tengganai, alim ulama cerdik pandai, serto nang tinggi nampak jauh, nang dekat jolong basuoh, nang menapik mato pedang, nang manentang mato ari, nang bakato lebih sepatah, nang bajalan dulu salangkah, selingku bendul ditepi, selarik bendul ditengah, nang bapentas nang baperan tinggi, sekaji gedang dalam adapt, sekaji tinggi dalam paseko, nang duduk ditanggo jalan naek, nang tegak dilaman nang babucuh empat, sampe ka bale patanak, nang bakalambu asap, batirai api, babantal tumang, nang bakain singkat, bacalano basah, lepas kapanyurukpenapuran, nang bdero gelang ditangan, basintuk cincin dijari, nang basanggul lipat pandan, nang bakain ujung serong, serto segalo kito nang ado didalam rumah nang sebuah iko, rumah nang diatas batutup bubungan perak, dibawah baalas sendi gading, rumah nang bapagar adapt, laman basapu kan undang, tepian nang bapagar baso, nang kecik idak kami sebut namonyo, nang gedang idak kami panggilkan gelarnyo.

4. SERAH TERIMO SADEKAH ( BAKAMPUNG )
Dari Datuk Ketua Rt. Kepada Kepala Kelurahan Sengeti
Selaku Pemangku Adat         

BISMILLAH HIRROHMANIRROHHIM
ASSALAMUALAIKUM WARAHMATULLAHI WABAROKATUH
Alhamdulillah Hirobbil Alamin, Wassolatu Wassalam. Alaasrofil Ambiya iwalmursalim, Waala Alihi, Wassabihi Ajmain Amma Bakdu .....................!!!!!!!
Yang kami mulyokan Datuk – datuk, Tuo – tuo tangganai, alim ulama cerdik pandai, serto nang tinggi nampak jauh, nang gedang jolong basuo, nang manapik mato pedang, nang manemtang mato ari, nang bajalan dulu salangkah, nang bakato lebuh sapatah, serto segalo kito nang ado dirumah nang sabuah iko, rumah nang diatas batutup bubungan perak, dibawah nang balaskan sendi gading, rumah nang bapagar adat, laman nang basapu undang, tepian nang bapagar baso.
Bapak – bapak, Ibu – Ibu hadirin para undangan nang kami mulyokan, nang kecik idak kami sebutkan namonyo, nang gedang idak pulak kami himbaukan gelarnyo.

“ WABILLAHI TAUFIQ WAL HIDAYAH
WASSALAMUALAIKUM WARAHMATULLAHI WABAROKATUH

5. KATO BAJAWAB DILAMAN

Assalamu’ alaikum Wr. Wb
Datuk – datuk tuo – tuo tengganai, Alim ulama cerdik pandai, serto nang tinggi tampak jauh, nang dekat jolong basuo, nang manapik mato pedang, nang manentang mato ari, nang bajalan dulu salangkah nang bakato lebih sapatah, serto sagalo kito nang adao dihalaman rumah nang sabuah iko, rumah nang diatas batutup bubungan perak, dibawah nang baalaskan sendi gading, rumah nang bapagar adat, laman nang basapu undang, tepian nang bapagar baso, nang kecik idak kami sebutkan namonyo, nang gedang idak pulak kami himbaukan gelarnyo.
” SEIRING BALAM DENGAN BAREBAH
Waalaikum Salam Wr. Wb .........

6. ULUR ANTAR 
SERAH TERIMO PENGANTEN
Assalamu’ alaikum Wr. Wb
Datuk – datuk tuo – tuo tengganai, Alim ulama cerdik pandai, serto nang tinggi tampak jauh, nang dekat jolong basuo, nang manapik mato pedang, nang manentang mato ari, nang bajalan dulu salangkah nang bakato lebih sapatah, selingku bendul ditepi, selarik bendul ditengah, nang bapentas baperan tinggi, sakaji gedang didalam adat, sakaji tinggi dalam paseko, nang duduk ditanggo jalan naek, nang tegak dilan nang babucuh empat, sampe kebale patanakan, nang bakalmbu asap, batirai api, babantal tumang, nang bakain singkat bacalano basah, lepas kapanyuruk penapuran, nang badero gelang ditangan, nang basintuk cincin dijari, nang basanggul lipat pandan, nang bakain ujung serong, serto segalko kito nang ado dirumah nang sabuah iko.. 

Analisis

Bagian  dari sengketa hak atas tanah secara umum, yang melibatkan berbagai masyarakat dengan berbagai persoalan yang melatarbelakangi timbulnya sengketa tersebut. Setiap sengketa tanah memerlukan cara penyelesaiannya, baik dengan cara litigasi maupun non litigasi. Penyelesaian dengan cara non litigasi adalah penyelesaian yang mempunyai spesifikasi, yakni penyelesaian untuk mendapat kepastian hukum dengan cara murah, efisien, lebih cepat dan menguntungkan kedua belah pihak. Munculnya kembali sengketa tanah  pada kasus di atas adalah kelanjutan dari masa transisi yang terus-menerus dari persoalan tanah  yang tidak pernah tuntas dalam penyelesaiannya..
Sebagian besar persoalan yang muncul berkaitan dengan kasus-kasus pertanahan  di seluruh Indonesia disebabkan adanya kesenjangan sosial ekonomi yang tajam antara penguasa dengan masyarakat yang bermukim di sekitarnya dan disertai adanya intervensi negara yang masih dominan didukung pula dengan perlakuan yang represif dari militer dengan dalih “demi dan atas nama” stabilitas nasional.
Bersamaan dengan jatuhnya rezim Orde Baru, masyarakat mulai sadar akan hak-haknya yang telah lama hilang,

Latar belakang, keadaan serta sebab-sebab keberanian masyarakat  menuntut kembalinya hak garapan dapat ditelusuri melalui peraturan perundang-undangan. Langkah-langkah apa saja yang telah ditentukan oleh undang-undang dalam upaya penyelesaian kasus tersebut dan juga faktor-faktor apa yang menjadi pertimbangan atas penyelesaian berbagai kasus sengketa yang menuntut kembalinya hak garapan mereka.. Latar belakang non hukum yang mendominasi munculnya sebuah kasus, penyelesaiannya tidak murni berdasarkan pada aturan hukum yang ada, akan tetapi melihat faktor-faktor yang melatarbelakangi kasus tersebut sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
Tidak semua penyelesaian kasus dengan latar belakang yang berbeda bisa diselesaikan dengan aturan hukum yang sama, sebab faktor utama penyelesaian sebuah kasus dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, sosial, historis, politis dan sebagainya. Penyelesaian dengan mendasarkan pada aturan yang ada memang harus merupakan pedoman setiap penyelesaian kasus, akan tetapi dalam perkembangannya kemungkinan masyarakat akan selalu dikalahkan oleh pihak perkebunan, karena pihak perkebunan memiliki bukti-bukti formal dan masyarakat tidak memiliki. Sedangkan secara riil masyarakat terus menuntut kembalinya hak garapan yang pernah dilakukan pada masa sebelum keluarnya hak guna usaha.
Setelah dilakukan studi literatur dan penelitian awal sebagai upaya menemukan permasalahan maka ditetapkan judul skripsi yaitu : “Penyelesaian Sengketa Tanah Melalui Cara Non Litigasi Berdasarkan Dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria”.

BAB IV
PENUTUP

1.      KESIMPULAN

Jambi adalah salah satu suku di Indonesia yang terletak di kepulauan Sumatra. Banyak yang tidak mengetahui bahwa Jambi juga mempunyai banyak hal-hal menarik yang dapat dijadikan ”berita utama”, tetapi amat disayangkan bahwa yang sering sekali di ekplorasi adalah wilayah-wilayah tetangganya; seperti Sumatra Barat (Padang) dan Sumatra Utara (Batak).
 Provinsi Jambi yang memiliki penghuni berlatar Melayu. Memilki kebudayaan yang sangat khas. Merupakan pengaruhnya adalah latar belakang sejarah jambi itu sendiri. Ada berbagai unsur kebudayaan yang dirasa perlu untuk dilestarikan. Sebagai bentuk kesadaran akan kebudayaan yang ada pada tanah air kita, agar dapat bersaing dengan kebudayaan luar.
Kebudayaan melayu jambi berisikan perpaduan antara unsur budaya melayu jambi antara lain animisme dan dinamisme, melayu buddhis dan unsur budaya melayu Islam. Namun tidak menghilangkan ciri-ciri asli.

2.      SARAN

Adapun saran yang dapat pemakalah berikan adalah kita sebagai masyarakat Jambi bagaimana cara untuk melestarikan atau memperkenalkan budaya Jambi itu sendiri, bahwa banyaknya terdapat unsur-unsur kebudayaan itu sendiri yang sangat menarik dan bisa untuk dijadikan berita utama.
Baiklah, sebagai penutup tentu masih banyak terdapat kekurangan dalam makalah ini, untuk itu kami merasa perlunya kritik dan saran yang membangun untuk koreksi makalah ini, karena sesuatu itu terdapat kekurangan.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dongeng Manggarai: Tombo ca anak koe ata oke le eman

Dasar, Struktur, Fungsi dan Corak Kepemimpinan (Hierarki) dalam Gereja Katolik

HUKUM ADAT SUKU ASMAT