MATA PENCAHARIAN, KERAJINAN DAN SENI MASYARAKAT MELAYU JAMBI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Banyak orang keliru mengartikan adat, terutama generasi
muda. Adat diartikan sama dengan kebiasaan lama dan kuno. Kalau mendengar kata
adat, maka yang terbayang dalam khayalan adalah orang tua berpakaian daerah,
upacara perkawinan, atau upacara-upacara lainnya. Oleh karena itu, jangan heran
jika media massa pun sering keliru, sehingga pakaian daerah disebut pakaian
adat atau rumah yang berbentuk khas daerah disebut rumah adat. Tegasnya, apa
yang berbentuk tradisional dianggap adat.
Indonesia adalah salah satu negara kepulauan yang
memiliki banyak wilayah yang terbentang di sekitarnya. Ini menyebabkan
keanekaragaman suku, adat istiadat dan kebudayaan dari setiap suku di setiap
wilayahnya. Hal ini sungguh sangat menakjubakan karena biarpun Indonesia
memiliki banyak wilayah, yang berbeda suku bangsanya, tetapi kita semua dapat
hidup rukun satu sama lainnya.
Namun, sungguh sangat disayangkan apabila para generasi
penerus bangsa tidak mengtehaui tentang kebudayaan dari setiap suku yang ada.
Kebanyakan dari mereka hanya mengetahui dan cukup mengerti tentang kebudayaan
dari salah satu suku yang ada di Indonesia, itu juga karena pembahasan yang
sering dibahas selalu mengambil contoh dari suku yang itu-itu saja.
Sejak ratusan tahun lalu provinsi jambi dihuni oleh
etnis melayu, seperti suku Kerinci, Suku Batin, suku Bangsa Dua Belas, suku
Penghulu, dan suku Anak dalam. Namun juga ada etnis pendatang. Perjalanan
sejarah yang dialami etnis melayu telah melatar belakangi budaya melayu di
Jambi.
Setiap kebudayaan itu bersifat dinamis akan perubahan
bahkan mungkin hilang sama sekali. Penyebabnya adalah perkembangan
kebudayaan, pengaruh budaya luar, kurangnya kesadaran masyarakat, dan lemahnya
jiwa kebudayaan para remaja sebagai generasi penerus nilai-nilai kebudayaan
bahkan itu mungkin dan telah terjadi di provinsi jambi.
‘Jambi’ berasal dari kata ‘Jambe’ dalam bahasa Jawa yang berarti
‘Pinang’. Kemungkinan besar saat Tanah Pilih dijadikan tapak pembangunan
kerajaan yang baru, pepohonan pinang banyak tumbuh disepanjang aliran sungai
Batanghari, sehingga nama itu yang dipilih oleh Orang Kayo Hitam.
Namun dari
penjelasan di atas, ada versi lain yang menyebutkan bahwa kata Jambi itu justru
berasal dari bahasa Arab yang di tulis dalam tulisan Arab (huruf Hijaiyah)
dengan makna sahabat akrab. Demikian info dari teman bloger saya yang bernama
Ridcho:
“Berpedoman
pada buku sejarah De Oudste Geschiedenis van de Archipel bahwa
Kerajaan Melayu Jambi dari abad ke 7 s.d. abad ke 13 merupakan bandar atau
pelabuhan dagang yang ramai. Disini berlabuh kapal-kapal dari berbagai bangsa, seperti: Portugis, India,
Mesir, Cina, Arab, dan Eropa lainnya. Berkenaan dengan itu, sebuah legenda yang
ditulis oleh Chaniago
menceritakan bahwa sebelum Kerajaan Melayu jatuh ke dalam pengaruh Hindu,
seorang puteri Melayu bernama Puteri Dewani berlayar bersama suaminya dengan
kapal niaga Mesir ke Arab, dan tidak kembali. Pada waktu lain, seorang putri
Melayu lain bernama Ratna Wali bersama suaminya berlayar ke Negeri Arab, dan
dari sana merantau ke Ruhum Jani dengan kapal niaga Arab. Kedua peristiwa dalam legenda itu menunjukkan adanya hubungan antara
orang Arab dan Mesir dengan Melayu. Mereka sudah menjalin hubungan komunikasi
dan interaksi secara akrab.
Kondisi
tersebut melahirkan interpretasi bahwa nama Jambi bukan tidak mungkin berasal
dari ungkapan-ungkapan orang Arab atau Mesir yang berkali-kali ke pelabuhan
Melayu ini. Orang Arab atau Mesir memberikan julukan kepada rakyat Melayu pada
masa itu sebagai ”Jambi”, ditulis dengan aksara Arab yang secara harfiah
berarti ’sisi’ atau ’samping’, secara kinayah (figuratif) bermakna ’tetangga’
atau ’sahabat akrab’.”
Demikianlah
pendapat yang kedua, dengan alasan jika memang dulunya Orang Kayo Hitam
menyebut pinang dengan kata jambe seharusnya putri pinang masak itu namanya
Putri Jambe Masak. Jadi menurut saya (pendapat teman bloger saya yang bernama
M.Isa. Ansyori) kata jambi itu bukannlah diambil dari bahasa Jawa, mengingat
hingga sekarang masyarakat Jambi dari dulu tetap menyebut pinang dengan istilah
pinang, tidak pernah menyebutnya dengan kata jambe, kecuali orang Jawa yang
sudah tinggal di Jambi yang menyebutnya dengan kata jambe.
Dalam penulisan makalah ini saya akan membahas tentang kebudayaan
melayu Jambi yang dibatasi pada unsur budaya, mata pencaharian, kerajinandan
seni masyarakat melayu Jambi. Setidaknya dapat memberikan gambaran
tentangkebudayaan melayu Jambi.
Karna kita juga harus mengetahui budaya yang ada di
Indonesia ini agar pengetahuan kita dapat menguiraikan kebudayaan jambi itu
seprti apa , bagai mana mata pencaharian nya , seni budaya nya seperti apa ,
dan masih banyak yang perlu kita ketahui dalam adat budaya jambi ini .
BAB II
PEMBAHASAN
1. KEBUDAYAAN MELAYU JAMBI
Jauh sebelum abad masehi etnis melayu setelah
mengembangkan suatu corak kebudayaan melayu pra sejarah di wilayah pengunungan
dan dataran tinggi. Masyarakat pendukung kebudayaan melayu pra sejarah adalah
suku Kerinci dan suku Batin. Orang kerinci di perkirakan telah menepati caldera
danau kerinci sekitar tahun 10.000 SM sampai tahun 2000 SM. Suku Kerinci dan termasuk
juga suku Batin adalah suku tertua di Sumatera. Mereka telah mengembangkan
kebudayaan batu seperti kebudayaan Neolitikum.
Kehadiran agama buda sekitar abad 4 M telah mendorong
lahir dan berkembangnya suatu corak kebudayaan buddhis. Kebudayaan ini di
identifikasikan sebagai corak kebudayaan melayu kuno. Masyarakat pendukung
kebudayaan melayu buddis yang masih ada di Jambi adalah suku anak dalam (kubu).
Namun peningalan momental kebudayaan melayu Buddishis adalah bangunan
candi-candi yang tersebar dikawasan daerah aliran sungai (DAS) batanghari,
salah satu di antaranya ialah situs candi muara Jambi. Pada masa kebudayaan
buddhis sedang mengalami kemunduran sekitar abad 11-14 M, maka bersamaan
waktunya di daerah jambi mulai berkembang suatu corak kebudayaan islam.
Kehadiran Islam diperkirakan pada abad 7 M dan sekitar abad 11M Islam
mulai menyebar ke seluruh lapisan masyarakat pedalaman Jambi. Dalam penyebaran
Islam ini maka pulau berhala dipandang sebagai pulau yang sangat penting dalam
sejarah Islam di Jambi. Karena sejarah mencatat bahwa dari pulau berhala itulah
agama Islam disebarkan keseluruh pelosok daerah Jambi. Kehadiran Islam ini
membawa perubahan mendasar bagi kehidupan social/ masyarakat melayu Jambi.
Agama Islam pelan-pelan tapi pasti, mulai mengeser kebudayaan melayu buddhis
sampai berkembangnya corak kebudayaan melayu Islam.
Kebudayaan daerah tidak lain adalah kebudayaan yang
tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat local sebagai pendukungnya.
Sedangkan yang dimaksud dengan kebudayaan melayu jambi adalah kebudayaan yang
tumbuh dan berkembang di tengah-tengah etnis melayu Jambi.*
2. MATA PENCAHARIAN
Mata pencaharian masyarakat Jambi
adalah bertani, berjualan, panen getah dan melaut Di Jambi sendiri
kebanyakan daerahnya adalah berupa hutan. Sehingga mata pencaharian mereka
didominasi oleh para petani biasanya pula mereka yang bertani berasal dari
pedesaan. Dalam hal bertani, sama seperti kota-kota lainnya yang terletak di
daratan rendah, adalah bertanam padi pada lahan kosong. Sedangkan dalam hal
melaut, mencari ikan di sungai merupakan mata pencaharian tambahan, begitu juga
mencari dalam hal mencari hasil hutan.
Usaha-usaha tambahan ini biasanya
dilakukan sambil menunggu panen atau menunggu musim tanam berikutnya. Karena di
Jambi sendiri juga dihuni oleh masyarakat keturunan TiongHua, maka di zaman
sekarang ini banyak pula warga masyarakat kaeturunan Cina di Jambi yang mencari
pendapatan melalui proses berdagang. Ada yang berdagang
mas, berdagang sembako dan adapula yang berdagang bahan-bahan material.**
Orang jambi tradisional menamai tempat mereka
bertani diantaranya adalah:
a. Sawah
Terdapat tiga model sawah yaitu:
1. Sawah payau
Adalah sawah yang dibuat di atas sebidang tanah yang secara alamiah
telah mendapat air dari suatu sumber air, atau tanahnya sendiri telah
mengandung air
2. Sawah tadah hujan
Adalah sebidang tanah kering yang diolah dengan mengunakan cangkul
atau bajak yang diberi galangan atau pematang sedangkan pengairannya sangat
tergantung pada hujan
3. Sawah irigasi
Adalah sejenis tanah yang digarap dengan sistem irigasi, tanah ini
diolah dengan cara memakai sumber air dari mata air atau sungai.
b. Ladang
Ada dua macam ladang yaitu:
1. Umo renah
Adalah ladang yang cukup luas yang terbentang pada sebidang tanah
yang subur dan rata. Tanah tersebut terdapat di pingir-pingir sungai dan
dilereng-lereng bukit yang mendatar.
2. Umo talang
Adalah ladang yang dibuat orang di dalam hutan belukar yang letaknya
jauh dari pedesaan, dan biasanya pada umo talang orang akan membuat pondok yang
biasa digunakan untuk menungu panen tiba.
Ternyata dalam mereka melakukan hal dalam mata
pencaharian ada memiliki adat istiadat yang digunakan, contoh dalam anak undang
nan dua belas terdapat ayat yang menyatakan seperti ini, “umo berkandang
siang, ternak berkandang malam”. Yang memiliki arti adalah para petani
harus menjaga sawah atau tanamannya pada siang hari, bagi yang punya kerbau
mengurung pada malam hari. Dan apabila tanaman padi petani dimakan atau dirusak
pada sinag hari maka pemilik ternak tidak dapat diminta ganti rugi, namun bila
tanamannya dirusak pada malam hari maka pemilik ternak dapat dimintai ganti
rugi.*** dalam mengolah tanah orang jambi juga mengunakan cara yang tradisional
seperti pengunaan kincir air sebagai sistem perairan, cangkul, sabit, parang
serta bajak kerbau.
Sedangkan penduduk daerah jambi terutama yang bermukim
di sepanjang bantalan sungai batanghari dan anak sungainya agaknya memahami
benar bahwa air itu adalah sumber kehidupan. Sehinga umumnya penduduk ini
bermata pencaharian sebagai nelayan oleh karena itu dikenal perkampungan
nelayan adalah perkampungan yang berada di pingir pantai dan di pingir sungai
batanghari. Oleh karena itu, hampir setiap rumah penduduk di daerah ini memiliki
alat penangkapan ikan tradisional yang dikenal dengan: tanguk, sauk, jalo,
mentaben, guntang, geruguh, lukah, serkap, jelujur, onak, saruo, tamban, rawai,
tiruk, lulung, pukat hanyut, lenggian, sangkar ikan. Yang pada umumnya di buat
sendiri dengan mengunakan bahan-bahan yang tersedia dengan cara dan bentuk yang
tradisional.
3. KERAJINAN
Provinsi Jambi sangat kaya akan kerajinan daerah, salah satu bentuk
kerajinan daerahnya adalah:
a. Anyaman
anyaman yang berkembang dalam bentuk aneka ragam. Kerajinan anyaman
di buat dari daun pandan, daun rasau, rumput laut, batang rumput resam, rotan,
daun kelapa, daun nipah, dan daun rumbia. Hasil anyaman ini bermacam–macam,
mulai dari bakul, sumpit, ambung, katang–katang, tikar, kajang, atap, ketupat, tudung
saji, tudung kepala dan alat penangkap ikan yang disebut Sempirai, Pangilo,
lukah dan sebagainya.
b. Tenun dan batik motif flora
Tenun dntenun yang sangat terkenal, yaitu tenunan
dan batik motif flora. Batik biasa kita tau kebanyakan berasal dari pulau Jawa.
Namun sesungguhnya seni batik itu tak hanya berada di pulau Jawa saja, beberapa
daerah di Sumatera pun juga memiliki seni batik tersendiri. Ini terbukti
banyaknya hasil batik yang di hasilkan dari Jambi, baik buatan pabrik maupun
produksi rumah tangga. Produk batik dapat berkembang hingga sampai pada suatu
tingkatan yang membanggakan baik desain maupun prosesnya. Begitu pula dengan batik yang ada tumbuh dan berkembang di daerah
Jambi.
Pada zaman dahulu batik Jambi hanya dipakai sebagai pakaian adat
bagi kaum bangsawan/raja Melayu Jambi. Hal ini berawal pada tahun 1875, Haji
Muhibat beserta keluarga datang dari Jawa Tengah untuk menetap di Jambi dan
memperkenalkan pengolahan batik. Motif batik yang diterapkan pada waktu itu
berupa motif – motif ragam hias seperti terlihat pada ukiran rumah adat Jambi
dan pada pakaian pengantin, motif ini masih dalam jumlah yang terbatas.
Penggunaan motif batik Jambi, pada dasarnya sejak dahulu tidak dikaitkan dengan
pembagian kasta menurut adat, namun sebagai produk yang masih eksklusif
pemakaiannya dan masih terbatas di lingkungan istana.
Dengan berkembangnya waktu, motif yang dipakai oleh para raja dan
keluarganya saat ini tidak dilarang digunakan oleh rakyat biasa. Keadaan ini
menambah pesatnya permintaan akan kain batik sehingga berkembanglah industri
kecil rumah tangga yang mengelola batik secara sederhana.
Perkembangan batik sempat terputus beberapa tahun, dan pertengahan
tahun 70-an ditemukan beberapa lembar batik kuno yang dimiliki oleh salah
seorang pengusaha wanita “Ibu Ratu Mas
Hadijah” dan dari sanalah batik Jambi mulai digalakkan kembali
pengembangannya. Salah seorang ibu yang turut juga membantu perkembangan
pembatikan di Jambi adalah Ibu Zainab dan Ibu Asmah yang mempunyai keterampilan
membatik di Seberang Kota.
Pada mulanya pewarnaan batik Jambi masih menggunakan bahan-bahan
alami dari tumbuh-tumbuhan yang terdapat di dalam hutan daerah Jambi, seperti :
- Kayu Sepang menghasilkan warna kuning
kemerahan.
- Kayu Ramelang menghasilkan warna merah
kecokelatan.
- Kayu Lambato menghasilkan warna kuning.
- Kayu Nilo menghasilkan warna biru.
Warna-warna tersebut merupakan warna tradisional batik Jambi, yang
mempunyai daya pesona khas yang berbeda dari pewarna kimia.****
c. Ukir kayu betung
Merupakan kerajinan ukir kayu yang terdapat di Desa Betung. Kabupaten Batanghari. Para pengrajin
memanfaatkan produk kayu hutan yang banyak terdapat di Jambi. Jenis kayu yang banyak dipakai sebagai bahan baku adalah rengas,
meranti dan jelutung. Sebagian besar produknya untuk perabot rumah tangga
seperti meja, kursi dan tempat tidur.
4. KESENIAN
mengenai seni dapat di bagi kedalam:
mengenai seni dapat di bagi kedalam:
a. seni tari
Seni tari daerah Jambi cukup banyak ragam serta
coraknya, dimana pada tiap-tiap daerah mempunyai ciri sesuai dengan keadaan
daerah serta suku dalam kelompok masyarakat adat yang bersangkutan. Dari sekian
banyak corak dan ragamnya seni tari daerah Jambi, namun sudah banyak pula yang
hampir tidak dikenal bahkan dilupakan oleh lingkungan masyarakat yang
bersangkutan. Beberapa seni tari yang dikenal di Provinsi Jambi, yaitu:
a) Kota Jambi
Tari Sekapur Sirih
Tari ini diciptakan oleh Firdaus Chatab pada tahun
1962, kemudian ditata ulang oleh OK Hendri BBA pada tahun 1967. tari ini
digunakan untuk menyambut tamu yang dihormati sebagai ungkapan rasa putih hati
dalam menyambut tamu, dan ditarikan oleh penari remaja putri.
- Tari Dana Sarah
Tari ini berasal dari pelayangan, yang sudah
dimodifikasi yang berasal dari Seberang Kota Jambi. Penciptanya tidak dikenal
dan ditata ulang oleh Abdul Aziz pada tahun 1984. Tari ini digunkan sebagai
sarana dalam penyebaran agama islam, yang ditarikan oleh penari putra dan putri.
Tari Serengkuh Dayung
Tari ni penciptanya tidak diketahui, namun telah
ditata ulang oleh Aini Rozak pada tahun 1990. tarian ini menggambarkan tentang
perasaan searah setujuan, kebersamaan di dalam segala sesuatunya, dan ditarikan
hanya oleh penari putri.
b) Kabupaten Batang Hari dan Kabupaten Muaro
Jambi
Tari Piring Jambi
Tari ini berasal dari Muara
Tembesi yang diciptakan oleh Abdul Manan, kemudian ditata ulang oleh OK Hendri
pada tahun 1970. Tarian ini menggambarkan kelincahan muda mudi dalam memainkan
piring dan ditarikan oleh penari putra dan putri.
Tari Baselang
Pencipta tarian ini tidak dikenal, kemudian ditata
ulang oleh Darwan Asri Tahun 1977. Tarian ini menceritakan tentang semangat
kegotongroyongan masyarakat desa dan ditarikan oleh penari putra dan putri.
c) Kabupaten Tanjung Jabung Barat & Kabupaten
Tanjung Jabung Timur
Tari Inai
Penciptanya tidak dikenal, kemudian ditata ulang oleh M.Arsyad dan
Zainuddin pada tahun 1992. tarian ini untuk menghibur mempelai wanita yang
sedang memasang inai dimalam hari, sebelum duduk dipelaminan, dan tarian ini
ditarikan oleh remaja putra dan putri.
Tari Sumbun
Pencipta tarian ini tidak dkenal, kemudian ditata ulang pada tahun
1989 oleh Rukiah Effendi. Tarian ini menggambarkan para nelayan yang sedang
mencari sumbun ditepian pantai dengan lincahnya, ia memasukkan obat dalam
sumbun. Tarian ini ditarikan hanya oleh penari putri.
Tari Japin Rantau
Tari ini diciptakan oleh Darwan Asri dan ditata ulang tahun 1986
oleh Darwan Asri. Tarian ini menggambarkan prikehidupan masyarakat dipesisir
pantai, dan ditarikan oleh remaja putri.
d) Kabupaten Bungo & Kabupaten Tebo
Tari Putri Teluk Kembang
Pencipta tarian ini tidak dikenal, dan tarian ini menggambatkan
tentang keakraban kehidupan masyarakat , dan ditarikan oleh penari putri.
Tari Cucu Ungko
Pencipta tarian ini tidak dikenal, dan tarian ini menggambarkan
tentang usaha masyarakat dalam menangkap binatang yang digemarinya. Tarian ini
ditarikan oleh penari putra dan putri.
Tari Tauh
Pencipta tari ini tidak dikenal, tarian ini menggambarkan tentang
kegembiraan muda mudi, dan ditarikan oleh penari putra dan putri.
e) Kabupaten Sarolangun & Kabupaten Bangko
Tari Kisan
Penciptanya tidak dikenal dan ditata ulang oleh Daswar Edi pada
tahun 1980 dan Darwan Asri tahun 1983. tarian ini menggambarkan kegiatan
masyarakat dalam mengolah padi menjadi beras, dan tarian ini dibawakan oleh
penari remaja putri.
Tari Kromong
Pencipta tarian ini tidak dikenal, dan tarian ini menceritakan
bagaimana wanita berhias, dan dibawakan oleh penari putri
Tari Mengatur Berentak
Pencipta tarian ini tidak
dikenal, dan kemudian ditata ulang oleh Zakaria pada tahun 1970. Tarian ini
menggambarkan kegotongroyongan dalam menggarap sawah dan dibawakan oleh penari
putri.
f) Kabupaten Kerinci
Tari Mandi Taman
Penciptanya tidak dikenal dan ditata ulang oelh
Baharudin BY pada tahun 1979. Tarian ini menggambarkan rasa syukur ketika
membawa anak turun mandi, yang dibawakan oleh penari putri.
Tari Rangguk
Penciptanya tidak dikenal, ditata ulang oleh
Iskandar Zakaria tahun 1977. Tarian ini biasa
ditarikan untuk menyambut tamu yang datang berkunjung, dan dibawakan oleh
penari putri.
Tari Rangguk Ayak
Pencipta tari ini tidak dikenal dan kemudian
ditata ulang oleh Don Alwizar. Tari ini menggambarkan kegembiraan sehabis panen
dan ditarikan oleh penari putri)
tari rentak kudo
tari ini sangat populer di masyarakat Kerinci.
Tari Rentak Kudo adalah tarian kesenian khas budaya asli masyarakat Kerinci yang berasal dari daerah Hamparan Rawang Kabupaten Kerinci, Jambi yang
banyak diminati kalangan masyarakat di Kabupaten Kerinci.
Tarian ini dikenal sebagai "Rentak Kudo"
karena gerakannya yang menghentak-hentak seperti kuda. Tarian
ini ditarikan di dalam perayaan yang dianggap sangat Latar belakang
Tarian ini ditarikan di dalam perayaan yang dianggap sangat sakral
oleh masyarakat Kerinci. Tingginya penghormatan terhadap perayaan seni dan
budaya Kerinci ini pada zaman dahulu sangat kuat sehingga dipercaya bahwa dalam
setiap pementasan seni budaya ini getaran dan hentakan tari Rantak Kudo bisa terasa
hingga jarak yang sangat jauh dari lokasi pementasan. Tarian ini dipersembahkan
untuk merayakan hasil panen pertanian di daerah Kerinci yang secara umum adalah
beras (padi) dan dilangsungkan berhari-hari tanpa henti. Kadang bila dilanda
musim kemarau yang panjang, masyarakat Kerinci juga akan mementaskan kesenian
ini untuk berdoa kepada Yang Maha Kuasa (menurut kepercayaan mereka
masing-masing). Tujuan dari pementasan tari ini umumnya adalah untuk
melestarikan pertanian dan kemakmuran masyarakat, untuk menunjukkan rasa syukur
masyarakat Kerinci baik dalam musim subur maupun dalam musim kemarau untuk
memohon berkah hujan sakral oleh masyarakat Kerinci. Tingginya penghormatan
terhadap perayaan seni dan budaya Kerinci ini pada zaman dahulu sangat kuat sehingga
dipercaya bahwa dalam setiap pementasan seni budaya ini getaran dan hentakan
tari Rantak Kudo bisa terasa hingga jarak yang sangat jauh dari lokasi
pementasan.
Namun pada saat sekarang tari rantak kudo sudah umum dipakai, bahkan
acara/ resepsi pernikahan pun tari rantak kudo ini sering digunakan di kalangan
masyarakat untuk suatu hiburan di suatu pernikahan.******
b. seni musik dan teater
1) kelintang kayu
merupakan alat musik pukul khas Provinsi Jambi yang terbuat dari
kayu. Dalam memainkannya beriringan dengan alat musik talempong, gendang dan
akordion. Pada zaman jayanya alat musik ini dimainkan untuk kalangan bangsawan.
Dalam pertunjukannya didendangkan syair lagu-lagu betuah dan tarian khas Jambi.
2) Hadrah
Merupakan jenis kesenian jambi yang bernuansa islami, kesenian ini
mengunakan terbang atau rebana sebagai alat musiknya. Alat-alat tersebut
ditabuh dan disertai nyanyian dalam bahasa Arab, hadrah sering digunakan untuk
mengiringi pengantin pria, menyambut tamu dan acara-acara agama islam.
3) Dul muluk
Merupakan seni teater yang berkembang di kota Jambi dan Batanghari.
Kesenian ini sudah jarang ditampilkan. Sumber cerita berasal dari sahibul
hikayat, satu kekhasan dari pertunjukan ini adalah pada bagian tengah pangung
ditempatkan satu meja.
Para pelakon beradegan setelah pelakon berdialog atau bernyanyi,
mereka memukul meja dengan mengunakan sebatang tongkat seiring irama musik.
Pada bagian tertentu ada tarian yang mengikutsertakan penonton sehinga membuat
suasana semakin meriah.
4) Krinok
Adalah pepatah petitih yang isinya berupa pantun nasehat,agama,
kasih sayang kepahlawanan dan lain-lain. Dibawakan oleh seseorang dengan cara
bersenandung, sedangkan musiknya pada awalnya hanya mengunakan vocal yang
dilakukan oleh si pengkrinok (orang yang bersenandung). Oleh masyarakat petani
ladang/petani sawah yang umumnya berdomisili di daerah dataran rendah,kesenian
rakyat (musik krinok) ini biasanya dilakukan setelah mereka usai menjalankan
aktivitas pertaniannya. Dimaksudkan untuk mengatasi kejenuhan, pelepas lelah
atau sebagai pelipur lara. Disamping itu sering juga dilaksanakan pada saat
menunggu hasil panen, sambil menjaga tanaman mereka dari serangan burung,
tikus, babi, dan lain-lain. Bila sudah tiba saatnya panen biasanya pada malam
harinya mereka mengadakan pertemuan di suatu tempat yang telah ditentukan untuk
melangsungkan acara krinok-an. Acara ini akan dihadiri oleh ibu-ibu dengan
membawa anak gadisnya, juga dihadiri oleh sejumlah anak-anak bujang, selama
acara berlangsung, bujang/gadis saling melempar pantun. Pantun-pantun tersebut
diungkapkan secara bersenandung yang disebut krinok. Tradisi semacam ini sampai
sekarang masih dilakukan oleh masyakat setempat, seperti yang penuh diamati di
Dusun Rantau Pandan yang jaraknya lebih kurang 40 km dari pusat kota Muoro
Bungo.
c. Seni Sastra
Salah satu seni sastra yang berkembang di Jambi
yaitu sastra Lisan Kerinci. Seni ini berkembang dalam budaya masyarakat
kerinci. Bentuk-bentuknya antara lain puisi, pantun, prosa, prossa liris dan
kunaung-kunaung adalah merupakan perpaduan cerita lagu dan ekspresi
penceritanya. Pada umumnya cerita berisi nasihat, pendidikan moral, petuah,
kisah-kisah rakyat dan pelipur lara.
BAB III
ANALISIS MASALAH
Kasus sengketa tanah
MUARA TEBO(SR28) - Ratusan warga Suku Anak Dalam
(SAD) menduduki lahan PT. WKS. Aksi tersebut dipicu lambatnya Pemerintah
Kabupaten (Pemkab) Tebo dan aparat hukum dalam menyelesaikan tuntutan warga SAD
atas lahan seluas 200 hektar, yang selama ini mereka klaim sebagai tanah
pemakaman.
Oktaviandi Mukhlis, pendamping warga SAD sewaktu dikonfirmasi SR28 membenarkan aksi pendudukan lahan tersebut. Diterangkannya, informasi terakhir yang diterimanya dari Temenggung Tupang Besak atau pimpinan warga SAD Desa Muara Kilis, saat ini sudah ada 4 Temenggung yang bergabung untuk memberi dukungan aksi warga SAD tersebut.
“Informasinya hampir terjadi keributan antara warga SAD dengan aparat keamanan. Mereka sudah saling kejar-kejaran,” kata Oktaviandi Mukhlis menerangkan informasi yang diterimanya.
Menurut Andi, sapaan Oktaviandi Mukhlis, aksi tersebut berkemungkinan akan lebih anarkis lagi jika Pemkab Tebo maupun aparat keamanan tidak cepat tanggap atas tuntutan mereka (warga SAD,red). Pasalnya, Selasa (24/09) kemarin warga SAD sudah sepakat dengan perusahaan dan Pemkab Tebo agar konflik ini secepatnya diselesaikan.
“Dari hasil terakhir mediasi kemarin, Pemkab Tebo baru mau bentuk tim penyelesaian sengketa. Sementara warga SAD sudah tidak sabar karena persoalan ini mereka anggap sudah sangat lama dan hingga sekarang belum ada kejelasan. Yang jelas, warga SAD tidak bisa dijanji-janjikan seperti masyarakat pada umumnya, karena bagi mereka, ingkar janji adalah pelecehan,” ungkap Andi.
Juga, lanjut Andi, pada mediasi terakhir yang dilakukan di aula Kantor Bappeda Tebo pada tanggal 17 September kemarin, tidak ada titik terang solusi penyelesaian sengketa. Bahkan tidak ada ketegasan hukum adat dari Ketua Lembaga Adat, “Ini yang membuat mereka bertindak anarkis di luar keinginan,” ujarnya.
Untuk itu, Andi minta kepada Pemkab Tebo, aparat penegak hukum dan pihak-pihak yang terkait agar secepatnya menyelesaikan persoalan ini dengan cara mediasi. Jangan sampai mereka berbuat hal-hal yang tidak diinginkan.
“Saya sebagai pendamping hanya berusaha untuk meredakan ini. Tapi tetap saja penyelesaiannya ada pada Pemkab Tebo dan pihak perusahaan,” pungkasnya.
Oktaviandi Mukhlis, pendamping warga SAD sewaktu dikonfirmasi SR28 membenarkan aksi pendudukan lahan tersebut. Diterangkannya, informasi terakhir yang diterimanya dari Temenggung Tupang Besak atau pimpinan warga SAD Desa Muara Kilis, saat ini sudah ada 4 Temenggung yang bergabung untuk memberi dukungan aksi warga SAD tersebut.
“Informasinya hampir terjadi keributan antara warga SAD dengan aparat keamanan. Mereka sudah saling kejar-kejaran,” kata Oktaviandi Mukhlis menerangkan informasi yang diterimanya.
Menurut Andi, sapaan Oktaviandi Mukhlis, aksi tersebut berkemungkinan akan lebih anarkis lagi jika Pemkab Tebo maupun aparat keamanan tidak cepat tanggap atas tuntutan mereka (warga SAD,red). Pasalnya, Selasa (24/09) kemarin warga SAD sudah sepakat dengan perusahaan dan Pemkab Tebo agar konflik ini secepatnya diselesaikan.
“Dari hasil terakhir mediasi kemarin, Pemkab Tebo baru mau bentuk tim penyelesaian sengketa. Sementara warga SAD sudah tidak sabar karena persoalan ini mereka anggap sudah sangat lama dan hingga sekarang belum ada kejelasan. Yang jelas, warga SAD tidak bisa dijanji-janjikan seperti masyarakat pada umumnya, karena bagi mereka, ingkar janji adalah pelecehan,” ungkap Andi.
Juga, lanjut Andi, pada mediasi terakhir yang dilakukan di aula Kantor Bappeda Tebo pada tanggal 17 September kemarin, tidak ada titik terang solusi penyelesaian sengketa. Bahkan tidak ada ketegasan hukum adat dari Ketua Lembaga Adat, “Ini yang membuat mereka bertindak anarkis di luar keinginan,” ujarnya.
Untuk itu, Andi minta kepada Pemkab Tebo, aparat penegak hukum dan pihak-pihak yang terkait agar secepatnya menyelesaikan persoalan ini dengan cara mediasi. Jangan sampai mereka berbuat hal-hal yang tidak diinginkan.
“Saya sebagai pendamping hanya berusaha untuk meredakan ini. Tapi tetap saja penyelesaiannya ada pada Pemkab Tebo dan pihak perusahaan,” pungkasnya.
ADAT PERKAWINAN MASYARAKAT JAMBI
1. PENETAPAN JODOH ( MASA BARUNDING )
TEGAK BATURUT DUDUK BATANYO
( SIRIH BATURUT PINANG BATANYO )
BISMILLAH HIRROHMANIRROHHIM
ASSALAMUALAIKUM WARAHMATULLAHI WABAROKATUH
PIHAK NANG DATANG ( LAKI –
LAKI )
Terlebih dahulu kami mohon maaf, andai kato kedatangan
kami ko telah mengganggu Bapak – bapak dan Ibu – Ibu. Kedatangan kami kerumah
nang bapagar adapt, laman nang basapu undang, tepian nang bapagar iko, diutus
oleh adik kami yang bernamo……………………….suami isteri, kami ko nak nyampekan sirih
nang sakapur, rokok nang sabatang, tando dating untuk batanyo, karma pada waktu
nang silam, anak kemenakan kami nang banamo…………………….. ruponyo bausik sirih
baguro pinang dengan anak kito nang dirumah iko nang banamo…………………..kemenakan
kami ruponyo hatinyo sudah tapaut pandangannyo sudah tatumbuk, nang idak dapat
dialih pado anak kito nang dirumah iko nang banamo…………………..diok kapengen
bakampuh nak lebar, baulas nak panjang, kabukit diok samo nak mendaki, kelurah
diok nak samo manurun, oleh karena itu sekironyo idak kecik tuak nang gedang,
idak kan menjadi ampo padi disawah, dak ado hal nang menghalang, dak ado pagar
nang magempang, dak ado unak nang mengait, kami nak dating anak kito nang ado
dirumah iko, nak kami dudukkan dengan kemenakan kami nag kami sebutkan tadi,
sebagai tando kami lah dating batanyo, kami serahkan bungo nang batangke buah
nang batampuh ( sambil menyerahkan tepak
sirih ).
PIHAK NANG NUNGGU (
PEREMPUAN )
Datuk – datuk sebalah pihak nang kami hormati, jika itu
maksud kedatangan datuk – datuk kerumah kami ko, yaitu nang menanyokan keadaan
anak gadis kami nang dirumah iko, umurnyo baru setahun jagung, darah baru
setampuk pinang, dan akalnyo belum salilit talunjuk, anak kami tersebut kalu
kecik belum banamo, gedang belum bagelar dan belum ado sirih baturut pinang
batanyo.
Oleh Karena itu kedatangan datuk – datuk ko, kalu kecik
tapak tangan niru kami tadahkan, kalu kecik niru laman kami bentangkan, bagi
kami tuah akan dating, untung akan tibo, kareno kalu anak kami anyut, alah ado
bakal marenanginyo, kalu diok tenggelam alah ado bakal menyelaminyo, tapi datuk
– datuk, anak memang anak kami, waris ado disanak memannyo, kami Cuma
memasukkannyo sore ngeluarkannyo pagi, haus nak kami bagi aek, lapar nak kami
bage makan.
Tapi nang makan ngabisi netak mutusi adolah sanak
memannyo, oleh karena itu hal iko nak kami sampekan kepado sanak memannyo, samo
–samolah kito bado’ a supayo jangan ado batang nang melintang, pagar nang
mengempang dan unak nang mengait, kami harapkan datuk –datuk basabar, menunggu
kabar dari kami, paling cepat 3 ( Tigo ) hari lagi, kami utus keluargo kami
untuk memalikkan tepak sirih dari datuk iko, kalulah tepak sirih nang kami
balikkan itu isinyo kosong, berarti kami persilokan datuk tuk dating melamar, tapi
kalu tepak sirih nang kami balikkan isinyo masih lengkap, mako datuk – datuk
belum dapat dating nak melamar anak kami.
Demikianlah datuk – datuk kami ucapkan terima kasih.
WABILLAHI TAUFIQ WAL HIDAYAH
WASSALAMUALAIKUM WARAHMATULLAHI
WABAROKATUH
2. ACARA PINANGAN MELAMAR ATAU
NGANTAR TANDO
BISMILLAH HIRROHMANIRROHHIM
ASSALAMUALAIKUM WARAHMATULLAHI
WABAROKATUH
PIHAK NANG DATANG ( LAKI – LAKI )
Datuk – datuk tuo – tuo tengganai alim ulama cerdik
pandai, serto nang tinggi nampak jauh, nang dekat jolong basuo, nang menapik
mato pedang, nang manentang mato ari, nang bajalan dulu salangkah, nang bakato
lebih sapatah, serto sagalo kito nang ado dirumah nang sebuah iko, rumah nang
diatas batutup bubu8ngan perak, dibawah nang baalaskan sendi gading, rumah nang
bapagar adapt, laman nang basapukan undang, tepian nang bapagar baso, nang
kecik dak kami sebutkan namonyo, nang gedang idak kami panggil gelarnyo.
Adolah kedatangan kami sebanyak iko, iyolah ndak batanyo
agak sepatah, nak numpangbarunding agak sabaris, kalu dululuskan oleh datuk –
datuk syukur Alhamdulillah, kalu idak yo terimo kasih.
PIHAK NANG NUNGGU ( PEREMPUAN )
Datuk – datuk nang dating, sebalum kito bacakap ba andai
– andai, bagi lurus kami nak batanyo, siapo sebanarnyo datuk – datuk nang
dating iko, kalu kedatangan datuk – datuk iko idak mawak cekak dengan kelahi,
idak mawak tail dengan neraco, yo kami terimo dengan senang hati, kecik tapak
tangan niru kami tadahkan, kecik niru laman kami bentangkan, cobolah datuk –
datuk katokan.
3. SERAH TERIMO ULUR ANTAR
ADAT PERKAWINAN
BISMILLAH HIRROHMANIRROHHIM
ASSALAMUALAIKUM WARAHMATULLAHI
WABAROKATUH
PIHAK NANG DATANG ( LAKI – LAKI )
Datuk – datuk tuo –
tuo tengganai, alim ulama cerdik pandai, serto nang tinggi nampak jauh, nang
dekat jolong basuoh, nang menapik mato pedang, nang manentang mato ari, nang
bakato lebih sepatah, nang bajalan dulu salangkah, selingku bendul ditepi,
selarik bendul ditengah, nang bapentas nang baperan tinggi, sekaji gedang dalam
adapt, sekaji tinggi dalam paseko, nang duduk ditanggo jalan naek, nang tegak
dilaman nang babucuh empat, sampe ka bale patanak, nang bakalambu asap, batirai
api, babantal tumang, nang bakain singkat, bacalano basah, lepas
kapanyurukpenapuran, nang bdero gelang ditangan, basintuk cincin dijari, nang
basanggul lipat pandan, nang bakain ujung serong, serto segalo kito nang ado
didalam rumah nang sebuah iko, rumah nang diatas batutup bubungan perak,
dibawah baalas sendi gading, rumah nang bapagar adapt, laman basapu kan undang,
tepian nang bapagar baso, nang kecik idak kami sebut namonyo, nang gedang idak
kami panggilkan gelarnyo.
4. SERAH TERIMO SADEKAH
( BAKAMPUNG )
Dari Datuk Ketua Rt.
Kepada Kepala Kelurahan Sengeti
Selaku Pemangku Adat
BISMILLAH
HIRROHMANIRROHHIM
ASSALAMUALAIKUM
WARAHMATULLAHI WABAROKATUH
Alhamdulillah Hirobbil Alamin, Wassolatu Wassalam. Alaasrofil Ambiya
iwalmursalim, Waala Alihi, Wassabihi Ajmain Amma Bakdu
.....................!!!!!!!
Yang kami mulyokan Datuk – datuk, Tuo – tuo tangganai, alim ulama
cerdik pandai, serto nang tinggi nampak jauh, nang gedang jolong basuo, nang
manapik mato pedang, nang manemtang mato ari, nang bajalan dulu salangkah, nang
bakato lebuh sapatah, serto segalo kito nang ado dirumah nang sabuah iko, rumah
nang diatas batutup bubungan perak, dibawah nang balaskan sendi gading, rumah
nang bapagar adat, laman nang basapu undang, tepian nang bapagar baso.
Bapak – bapak, Ibu – Ibu hadirin para undangan nang kami mulyokan, nang
kecik idak kami sebutkan namonyo, nang gedang idak pulak kami himbaukan
gelarnyo.
“
WABILLAHI TAUFIQ WAL HIDAYAH
WASSALAMUALAIKUM
WARAHMATULLAHI WABAROKATUH
5.
KATO BAJAWAB DILAMAN
Assalamu’ alaikum Wr. Wb
Datuk – datuk tuo – tuo tengganai,
Alim ulama cerdik pandai, serto nang tinggi tampak jauh, nang dekat jolong basuo,
nang manapik mato pedang, nang manentang mato ari, nang bajalan dulu salangkah
nang bakato lebih sapatah, serto sagalo kito nang adao dihalaman rumah nang
sabuah iko, rumah nang diatas batutup bubungan perak, dibawah nang baalaskan
sendi gading, rumah nang bapagar adat, laman nang basapu undang, tepian nang
bapagar baso, nang kecik idak kami sebutkan namonyo, nang gedang idak pulak
kami himbaukan gelarnyo.
” SEIRING BALAM DENGAN BAREBAH
Waalaikum Salam Wr. Wb .........
6. ULUR ANTAR
SERAH TERIMO PENGANTEN
Assalamu’ alaikum Wr. Wb
Datuk – datuk tuo – tuo tengganai,
Alim ulama cerdik pandai, serto nang tinggi tampak jauh, nang dekat jolong
basuo, nang manapik mato pedang, nang manentang mato ari, nang bajalan dulu
salangkah nang bakato lebih sapatah, selingku bendul ditepi, selarik bendul
ditengah, nang bapentas baperan tinggi, sakaji gedang didalam adat, sakaji
tinggi dalam paseko, nang duduk ditanggo jalan naek, nang tegak dilan nang
babucuh empat, sampe kebale patanakan, nang bakalmbu asap, batirai api,
babantal tumang, nang bakain singkat bacalano basah, lepas kapanyuruk
penapuran, nang badero gelang ditangan, nang basintuk cincin dijari, nang
basanggul lipat pandan, nang bakain ujung serong, serto segalko kito nang ado
dirumah nang sabuah iko..
Analisis
Bagian
dari sengketa hak atas tanah secara umum, yang melibatkan berbagai
masyarakat dengan berbagai persoalan yang melatarbelakangi timbulnya sengketa
tersebut. Setiap sengketa
tanah memerlukan cara penyelesaiannya, baik dengan cara litigasi maupun non
litigasi. Penyelesaian dengan cara non litigasi adalah penyelesaian yang
mempunyai spesifikasi, yakni penyelesaian untuk mendapat kepastian hukum dengan
cara murah, efisien, lebih cepat dan menguntungkan kedua belah pihak. Munculnya
kembali sengketa tanah pada kasus di
atas adalah kelanjutan dari masa transisi yang terus-menerus dari persoalan
tanah yang tidak pernah tuntas dalam
penyelesaiannya..
Sebagian besar persoalan yang muncul berkaitan dengan kasus-kasus pertanahan di seluruh Indonesia disebabkan adanya kesenjangan sosial ekonomi yang tajam antara penguasa dengan masyarakat yang bermukim di sekitarnya dan disertai adanya intervensi negara yang masih dominan didukung pula dengan perlakuan yang represif dari militer dengan dalih “demi dan atas nama” stabilitas nasional.
Bersamaan dengan jatuhnya rezim Orde Baru, masyarakat mulai sadar akan hak-haknya yang telah lama hilang,
Sebagian besar persoalan yang muncul berkaitan dengan kasus-kasus pertanahan di seluruh Indonesia disebabkan adanya kesenjangan sosial ekonomi yang tajam antara penguasa dengan masyarakat yang bermukim di sekitarnya dan disertai adanya intervensi negara yang masih dominan didukung pula dengan perlakuan yang represif dari militer dengan dalih “demi dan atas nama” stabilitas nasional.
Bersamaan dengan jatuhnya rezim Orde Baru, masyarakat mulai sadar akan hak-haknya yang telah lama hilang,
Latar belakang, keadaan serta
sebab-sebab keberanian masyarakat
menuntut kembalinya hak garapan dapat ditelusuri melalui peraturan
perundang-undangan. Langkah-langkah apa saja yang telah ditentukan oleh
undang-undang dalam upaya penyelesaian kasus tersebut dan juga faktor-faktor
apa yang menjadi pertimbangan atas penyelesaian berbagai kasus sengketa yang
menuntut kembalinya hak garapan mereka.. Latar belakang non hukum yang
mendominasi munculnya sebuah kasus, penyelesaiannya tidak murni berdasarkan
pada aturan hukum yang ada, akan tetapi melihat faktor-faktor yang melatarbelakangi
kasus tersebut sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
Tidak semua penyelesaian kasus dengan latar belakang yang berbeda bisa diselesaikan dengan aturan hukum yang sama, sebab faktor utama penyelesaian sebuah kasus dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, sosial, historis, politis dan sebagainya. Penyelesaian dengan mendasarkan pada aturan yang ada memang harus merupakan pedoman setiap penyelesaian kasus, akan tetapi dalam perkembangannya kemungkinan masyarakat akan selalu dikalahkan oleh pihak perkebunan, karena pihak perkebunan memiliki bukti-bukti formal dan masyarakat tidak memiliki. Sedangkan secara riil masyarakat terus menuntut kembalinya hak garapan yang pernah dilakukan pada masa sebelum keluarnya hak guna usaha.
Setelah dilakukan studi literatur dan penelitian awal sebagai upaya menemukan permasalahan maka ditetapkan judul skripsi yaitu : “Penyelesaian Sengketa Tanah Melalui Cara Non Litigasi Berdasarkan Dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria”.
Tidak semua penyelesaian kasus dengan latar belakang yang berbeda bisa diselesaikan dengan aturan hukum yang sama, sebab faktor utama penyelesaian sebuah kasus dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, sosial, historis, politis dan sebagainya. Penyelesaian dengan mendasarkan pada aturan yang ada memang harus merupakan pedoman setiap penyelesaian kasus, akan tetapi dalam perkembangannya kemungkinan masyarakat akan selalu dikalahkan oleh pihak perkebunan, karena pihak perkebunan memiliki bukti-bukti formal dan masyarakat tidak memiliki. Sedangkan secara riil masyarakat terus menuntut kembalinya hak garapan yang pernah dilakukan pada masa sebelum keluarnya hak guna usaha.
Setelah dilakukan studi literatur dan penelitian awal sebagai upaya menemukan permasalahan maka ditetapkan judul skripsi yaitu : “Penyelesaian Sengketa Tanah Melalui Cara Non Litigasi Berdasarkan Dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria”.
BAB IV
PENUTUP
1.
KESIMPULAN
Jambi adalah salah satu suku
di Indonesia yang terletak di kepulauan Sumatra. Banyak yang tidak mengetahui
bahwa Jambi juga mempunyai banyak hal-hal menarik yang dapat dijadikan ”berita
utama”, tetapi amat disayangkan bahwa yang sering sekali di ekplorasi adalah
wilayah-wilayah tetangganya; seperti Sumatra Barat (Padang) dan Sumatra Utara
(Batak).
Provinsi Jambi yang memiliki penghuni
berlatar Melayu. Memilki kebudayaan yang sangat khas.
Merupakan pengaruhnya adalah latar belakang sejarah jambi itu sendiri. Ada
berbagai unsur kebudayaan yang dirasa perlu untuk dilestarikan. Sebagai bentuk
kesadaran akan kebudayaan yang ada pada tanah air kita, agar dapat bersaing
dengan kebudayaan luar.
Kebudayaan melayu jambi berisikan perpaduan antara unsur budaya
melayu jambi antara lain animisme dan dinamisme, melayu buddhis dan unsur
budaya melayu Islam. Namun tidak menghilangkan ciri-ciri asli.
2. SARAN
Adapun saran yang dapat pemakalah berikan adalah kita
sebagai masyarakat Jambi bagaimana cara untuk melestarikan atau memperkenalkan
budaya Jambi itu sendiri, bahwa banyaknya terdapat unsur-unsur kebudayaan itu
sendiri yang sangat menarik dan bisa untuk dijadikan berita utama.
Baiklah, sebagai penutup tentu masih banyak terdapat kekurangan
dalam makalah ini, untuk itu kami merasa perlunya kritik dan saran yang
membangun untuk koreksi makalah ini, karena sesuatu itu terdapat kekurangan.
Komentar