Donor Air Susu Ibu (ASI)
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Air Susu Ibu (ASI) adalah bahan
makanan alamiah, ideal, dan fisiologis. ASI sebagai
makanan alamiah adalah makanan terbaik yang dapat diberikan oleh seorang ibu
kepada anak yang dilahirkannya. Selain komposisinya sesuai untuk pertumbuhan
bayi yang bisa berubah sesuai dengan kebutuhan pada setiap saat, ASI juga
mengandung zat pelindung yang dapat menghindari bayi dari berbagai penyakit
infeksi. Pemberian ASI juga mempunyai pengaruh emosional yang luar biasa yang
mempengaruhi hubungan batin ibu dan anak serta perkembangan jiwa si anak.
Pemberian
ASI eksklusif juga dapat menjarangkan jarak kelahiran dan lebih ekonomis. Banyak hal yang dapat mempengaruhi
produksi ASI. Produksi dan pengeluaran ASI dipengaruhi oleh dua hormon, yaitu
prolaktin dan oksitosin. Prolaktin mempengaruhi jumlah produksi ASI, sedangkan
oksitosin mempengaruhi proses pengeluaran ASI. Untuk mengeluarkan ASI
diperlukan hormon oksitosin yang kerjanya dipengaruhi oleh proses hisapan bayi.
Semakin sering puting susu dihisap oleh bayi maka semakin banyak pula
pengeluaran ASI.
WHO (Badan
Kesehatan Dunia) sendiri telah secara resmi merekomendasikan bahwa ASI
diberikan secara eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan seorang bayi, pada
saat usia 6 bulan mulai diberikan makanan pendamping ASI yang berkualitas dan
pemberian ASI diteruskan hingga bayi berusia 2 tahun atau lebih.
Pemberian
ASI eksklusif di Indonesia masih sangat rendah, pemicunya pertama masyarakat
(khususnya ibu), tidak yakin akan manfaat menyusui dan tidak mendapat cukup
informasi tentang ASI.
Kedua,
kondisi lingkungan yang tidak mendukung atau melindungi ibu untuk menyusui.
Ketiga, pemasaran susu formula yang belum tertib dan melibatkan petugas maupun
institusi kesehatan, serta keberadaan konselor yang belum merata dan
memadaikurangnya pengetahuan tentang manfaat ASI dan gencarnya promosi susu
formula. Data Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2012 menyebutkan, bayi
berumur 0-6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif hanya 33,6%. Salah satu solusi
yang dapat ditempuh untuk mendongkrak angka itu adalah donor ASI.
Hal ini
semakin menegaskan perlunya dan pentingnya pemberian ASI bagi seorang bayi. Beberapa
ibu mempunyai produksi dan simpanan ASI perah yang berlebih, sehingga sayang
untuk dibuang dan mereka memilih untuk mendonorkan ASI perah tersebut.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksudkan dengan donor
ASI ?
2. Apa yang termasuk syarat donor dan pendonor
ASI ?
3. Bagaimana cara skrining donor ASI ?
4. Bagaimana cara donor ASI ?
5. Bagaimana mengetahui Persiapan bagi
Donor ASI ?
6. Apa peraturan donor ASI ?
C.
Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa mengetahui Pengertian
Donor ASI
2. Mahasiswa mengetahui Syarat
Donor dan Pendonor ASI
3. Mahasiswa mengetahui Skrining
Donor ASI
4. Mahasiswa mengetahui Cara Donor ASI
5. Mahasiswa mengetahui Persiapan bagi
Donor ASI
6. Mahasiswa mengetahui Peraturan Donor
ASI
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Donor ASI
Donor ASI adalah ASI yang
didonasikan oleh seorang ibu bukan untuk bayinya sendiri melainkan untuk bayi
orang lain, yang diberikan secara sukarela. Donor ASI dari bank ASI, umumnya
adalah ASI diperah secara rutin, disimpan di dalam botol, dibekukan di freezer,
lalu diberikan kepada bayi menggunakan botol susu, setelah dipanaskan.
Pemanasan ASI dilakukan dengan cara merendam botol berisi ASI di dalam air
panas yang sudah diangkat dari kompor. Bukan di dalam air yang masih mendidih
di atas kompor.
B.
Syarat Donor Dan Pendonor ASI
Donor ASI
dapat dilakukan kepada bayi yang benar-benar tidak bisa mendapatkan air susu
ibunya sendiri. Misalkan dalam keadaan :
1. Ibu meninggal setelah melahirkan
2. Ibu yang mengidap Hepatitis B parah
3. Ibu yang positif mengidap AIDS
4. Ibu yang sedang dalam proses
pengobatan kanker
5. Ibu dengan masalah jantung
6. Ibu yang mengalami Gangguan Hormon.
Ada beberapa persyaratan untuk
menjadi seorang pendonor ASI. Syarat-syarat yang harus dipenuhi, antara lain
adalah :
1. Melahirkan anak dengan cara normal
dan sehat
2. ASI untuk anak sendiri sudah mencukupi
dan berlimpah
3. Tidak sedang hamil
4. Tidak merokok
5. Tidak minum alcohol
6. Tidak minum kopi/kafein (toleransi 150-200
ml/hari)
7. Tidak mengkonsumsi narkoba
8. Bukan vegetarian
9. Calon ibu donor dan suami tidak
mengalami gejala yang mengarah ke penyakit HIV/AIDS, CMV (Citomegalovirus), HTLV-1 (Human T-Lymphocyte Virus), Hepatitis, TBC, Sifilis.
C.
Skrining Donor ASI
Skrining
dilakukan untuk menjamin agar bayi yang mendapat ASI donor tidak terpapar
penyakit yang mungkin diderita oleh ibu donor. Idealnya, ibu yang akan menerima
donor ASI untuk diberikan kepada bayi harus melakukan skrining baik secara
lisan, tulisan, dan melalui laboratorium. Skrining lisan untuk mengetahui
riwayat kesehatan secara detail.
Beberapa
tahapan skrining yang harus dilakukan jika seseorang ingin mendonorkan ASI:
1. Tahap pertama adalah skrining lisan
dan tulisan. Pada tahap ini donor akan menjalani menjawab pertanyaan tentang
riwayat kesehatan secara detail. Selain itujuga apakah pernah mendapat
transfusi darah atau produk darah lainnya dalam 12 bulan terakhir, serta
melakukan transplantasi organ atau jaringan dalam 12 bulan terakhir.
2. Setelah melalui tahap pertama, donor
ASI akan memasuki tahap dua yaitu pemeriksaan serologi (tes darah) untuk HIV-1
dan HIV-2, Hepatitis B, Hepatitis C, dan Sifilis. Setelah melalui tahapan
penapisan, ASI harus diyakini bebas virus atau bakteri dengan cara pasteurisasi
atau pemanasan.
3. Setelah menjalani skrining, barulah
pendonor diperkenankan mendonorkan ASI. Setelah didonorkan, ASI masih harus
menjalani proses pasteurisasi untuk mematikan bakteri serta virus berbahaya.
Tak hanya itu, penyimpanannya pun juga membutuhkan wadah dan suhu khusus agar
ASI tetap awet.
4. Biasanya ibu yang diperbolehkan
mendonor minimal menghasilkan ASI 2 - 3 liter per hari, jadi tidak semua ibu
boleh donor. Skrining terhadap donor juga dilakukan 3 bulan sekali. Setelah 6
bulan, pendonor tidak direkomendasikan lagi karena ASI yang dihasilkan mulai
sedikit.
D.
Cara Donor ASI
Langkah-langkah yang harus dilakukan
dalam Donor ASI :
1. Menghubungi
pusat layanan laktasi. Untuk menjalankan prosedur sebagai donor ASI, Ibu
dapat langsung menghubungi pusat layanan laktasi, agar Ibu dapat langsung
menjalin kedekatan personal antara Ibu sebagai donor ASI dan penerima donor
ASI.
2. Wawancara. Hal ini dilakukan agar
penerima donor mengetahui riwayat kesehatan, asal usul dan jati diri Ibu
sebagai donor ASI. Ibu dapat bertemu langsung dengan calon penerima donor ASI. Donor
ASI harus dipastikan bersih dan sehat, jauh dari penyakit yang terdeteksi
ataupun belum terdeteksi. Sayangnya, Indonesia belum memiliki fasilitas
pasteurisasi yang sebenarnya bisa membantu meminimalisasi kontaminasi penyakit.
3. Mengisi
formulir donor ASI. Untuk
mengisi formulir, Ibu dapat langsung menghubungi pusat layanan laktasi ataupun
melalui e-mail. Kesepakatan donor dan fasilitator ini memudahkan
proses pencatatan data donor dan kepada siapa ASI akan diberikan.
4. Konsultasi
penyimpanan ASI. Penting
bagi donor ASI untuk mengetahui kaidah penyimpanan ASI secara tepat, karena
donor akan menyimpan ASI secara pribadi.
E.
Persiapan Bagi Donor ASI
Ada 3 teknik perlakuan terhadap ASI yang bisa dilakukan yang biasa mengurangi
penularan penyakit (terutama HIV) melalui ASI yaitu :
1.
Pasteurisasi
Holder ASI dipanaskan dalam wadah kaca tertutup di suhu 62,5o
c selama 30 menit. Biasanya dilakukan di Bank ASI karena membutuhkan
pengukur suhu dan pengukur waktu.
2. Teknik Flash Heating ASI sebanyak 50 ml ditaruh dalam
botol kaca/botol selai ukuran sekitar 450 ml terbuka di dalam panci alumunium
berukuran 1 liter berisi 450 ml air. Kemudian panci dipanaskan di atas
kompor sampai air mendidih, matikan, kemudian botol kaca berisi ASI diangkat
dan didiamkan sampai suhunya siap untuk diminum bayi.
3. Pasteurisasi Pretoria Panaskan air sebanyak 450 ml di
panci alumunium berukuran 1 liter sampai mendidih. Matikan kompor. Letakkan
botol kaca terbuka yang berisi ASI sebanyak 50 ml di dalam panci selama 20
menit. Kemudian angkat dan diamkan sampai suhu ASI siap diminum bayi.
Kalau kita lihat dari 3 teknik tadi, yang paling mungkin dilakukan adalah
teknik nomor 2 dan 3. Manapun, pilih yang paling nyaman bagi ibu dan keluarga.
Jika donor ASI dilakukan karena bayi sakit di Rumah Sakit, ingatkan perawat
untuk melakukan pemanasan ini sebelum memberikan ASI donor kepada bayi anda.
F.
Peraturan Donor ASI
Peraturan
Menteri Kesehatan (Permenkes) tentang donor Air Susu Ibu (ASI) terus digodok Kementerian
Kesehatan melalui Dirjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. Peraturan
mengenai donor ASI tersebut akan terangkum dalam PP No.33 tahun 2012, yang
mengatur tentang pemberian ASI eksklusif, pendonor ASI, pengaturan penggunaan
susu formula bayi dan produk bayi lainnya, pengaturan bantuan produsen atau
distributor susu formula bayi, saksi terkait, serta pengaturan tempat kerja dan
sarana umum dalam mendukung program ASI Eksklusif.
Peraturan
pemerintah (PP) Nomor 32 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif sebenarnya
telah menetapkan persyaratan-persyaratan khusus untuk para pendonor dan
penerima donor ASI, yaitu;
1.
Donor ASI dilakukan sesuai permintaan ibu kandung atau
keluarga bayi yang bersangkutan.
2.
Identitas, agama dan alamat pendonor ASI diketahui jelas
oleh ibu kandung atau keluarga bayi penerima ASI.
3.
Mendapat persetujuan pendonor ASI setelah mengetahui
identitas bayi yang diberi ASI.
4.
Pendonor ASI dalam kondisi kesehatan baik dan tidak
mempunyai indikasi medis. ASI tidak diperjualbelikan Pelanggaran terhadap
ketentuan ini akan dikenai sanksi.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
ASI merupakan makanan ideal bagi
bayi yang tidak tergantikan oleh susu formula. Komposisi nutrien yang
terkandung di dalam ASI sangat tepat dan ideal untuk tumbuh kembang bayi,
selain juga memenuhi kebutuhan dasar anak akan kasih sayang dan stimulasi.
Namun, tak sedikit para ibu yang tidak dapat menyusui bayinya, terutama bayi
prematur, karena produksi ASI belum maksimal. Di lain pihak, banyak para ibu yang
memiliki ASI berlimpah sehingga sayang untuk dibuang dan memilih untuk
mendonorkannya.
B.
Saran
Dari segi kesehatan, sebelum berbagi
ASI perlu diperhatikan kemungkinan terjadinya penularan penyakit. Karena itu,
sebelum mendonorkan ASI-nya, seseorang perlu melakukan skrining ada tidaknya
penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
1. http://health.kompas.com/read/2012/08/01/15232091/Donor.ASI.Tak.Bisa.
Diakses
tanggal 24 februari 2015
2. http://symb4h3.blogspot.com/2012/08/ini-syarat-syarat-untuk-jadi-donor-asi.html. Diakses tanggal 24 februari 2015
3. http://www.mediaindonesia.com/mediahidupsehat/index.php/read/2012/08/
01/5467/5/ASI-Donor-Solusi-Jangka-Pendek. Diakses tanggal 24 februari 2015
Komentar